KERIBUTAN

587 52 11
                                    

Langit sudah mulai gelap dikarenakan mendung dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Freya masih belum pulang karena ia tidak bisa menghubungi keluarganya, ponselnya tadi tiba tiba mati.

Ia tadi menyesal tidak mengecek terlebih dahulu baterai ponselnya. Sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa anak laki-laki yang sedang ngopi di warung depan sekolah. Mereka masih menggunakan seragam putih abu-abu yang basah karena air hujan.

Freya duduk di halte depan sekolah seraya meminum es tea jus gula batu yang ia beli di warung depan sekolah. Cewek itu sudah habis 2 plastik es dan 3 bungkus basreng pedas. "Ini orang rumah pada lupa kali ya kalo anaknya belum pulang. Ck, mana udah sore lagi. Angkot juga enggak lewat lewat, ya Allah pengen pulang kebelet pipis," gerutunya.

"Kalo mau pipis di dalem aja, kamar mandi sekolah masih ada," ucap seseorang di belakang Freya membuat gadis itu terkejut.

"Rayhan,"

Rayhan tertawa lalu menarik tangan gadis itu. Membawanya ke warnem yang berada di belakang sekolah. Sebelum itu, ia memakaikan gadis itu jaket karena udaranya yang dingin.

"Gue anter pipis di warnem aja, jangan di sekolah," ucap Rayhan.

Freya menoleh, sedikit mendongak untuk melihat jelas wajah cowok disampingnya. "Kenapa emang?" tanyanya penasaran.

Rayhan mendekatkan bibirnya ke telinga Freya. "Ada setannya," jawabnya dengan kerlingan jahil.

Rayhan tertawa melihat ekspresi Freya yang kesal. Ia meredakan tawanya ketika ia ingat sesuatu. "Kenapa belum pulang?" tanyanya.

"Enggak bisa nelfon keluarga, hp gue low," jawabnya.

Rayhan mengangguk lalu mengantar gadis itu ke kamar mandi yang berada di warnem. "Masuk aja, aman kok," ucapnya lalu diangguki Freya.

"Freya udah ke sini?" tanya Nathan dan diangguki Rayhan.

Tadi Rayhan diberi tahu oleh salah satu anak Rebelde yang berada di warung depan sekolah, jika Freya belum pulang. Cowok itu langsung saja menghampiri gadis itu dan mengajaknya ke warnem.

Rayhan menoleh ketika Freya sudah kembali dari kamar mandi. Cowok itu langsung saja berdiri, mengambil kunci mobil milik Daniel. "Gue pinjem mobilnya, gue soalnya bawa motor,"

Freya tersenyum tipis ketika hendak pamit. "Gue duluan ya,"

"Yoi!!"

"Baju lo berantakan banget sih," ujar Freya kepada Rayhan ketika mobil mereka akan berjalan.

Bagaimana tidak? Kemeja putih Rayhan sudah keluar dengan celana abu-abu yang sobek dibagian lutut. Serta rambutnya yang sedikit basah terkena air hujan. Ada bercak darah yang berada di kerah baju Rayhan, membuat Freya memicingkan matanya. "Ini kenapa?" tanyanya seraya menunjuk kerah baju Rayhan.

"Noda darah bekas tawuran," jawab Rayhan yang memperhatikan jalan.

Rayhan menurunkan kaca mobilnya ketika ia hendak putar balik. Cowok itu terlihat serius ketika berkendara, tidak terlalu memperdulikan Freya yang sedari tadi berbicara.

"Udah makan belum?" tanya Rayhan ketika jalanan sudah mulai sepi, ia menepikan mobilnya di depan tenda pecel lele.

Freya menggelengkan kepalanya lalu melirik ke arah luar. "Makan di sini aja deh, gue laper," jawabnya.

"Makan dimana? Turun atau di mobil aja?" tanya Rayhan.

"Turun aja," setelah itu mereka turun untuk memesan makanan.

"Freya," panggil seseorang membuat Rayhan dan Freya yang baru saja hendak duduk menolehkan kepalanya.

Disana, Fano dengan jaket jeansnya yang basah sedang tersenyum ke arah Freya. Langsung saja Fano menghampiri Freya dengan senyuman lebar, tanpa memperdulikan Rayhan yang berada di sebelah gadis itu.

RAYHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang