13. Kantin

411 56 9
                                    

Satu minggu kemudian...

"Yohan, ada catetan penting gak waktu gw sakit kemarin?" tanya Sungchan di sela makan

"catetan ga ada. Cuma ada proyek kerja kelompok mapel biologi"

Jisung menepuk keningnya kasar
"ASTAGA! Gw lupa ngasih tau, kak!"

Sungchan menghela nafas
"katanya ga ada apa apa"

"ya maap. Kan lupa. Le, kita kapan?"-Jisung

"besok di rumah lo. Deal, ga ada penolakan" cerca Chenle membuat Jisung langsung mencembik kesal

"heh! Terus gw sama siapa?" pekik Sungchan

"sama gw, Chan. Sama Nara juga"

"deadline kapan?" tanya Chenle dengan mulut penuh makanan

"minggu depan" sahut Yohan

"uhuk" Sungchan terbatuk

"napa lo? Lo cuma beli roti doang keselek? Lagian minggu depan masih 7 hari lagi kali. Sa ae"

Baik, sepertinya Chenle belum tau sesuatu kalau Sungchan baru saja melihat Nakhyung yang berdiri di belakang Yohan

"biarkan aku bicara dengan Yohan"

Sungchan gelagapan. Bingung harus melakukan apa dengan makhluk di depannya kini

"kenapa sih? Liat setan lo?" selidik Chenle. Mau tidak mau Sungchan mengangguk pelan

"uhuk- bangst! Napa kaga bilang?!"

"ssttt, kamu berisik, Zhong" tenang Jisung yang melanjutkan makannya

"emangnya ngapain sampe lo syok gitu?"-Yohan

"d-dia mau komunikasi sama lo, Han. Namanya Lee Nakhyung"

Deg

Jantung Yohan seakan berhenti berdetak
"m-mana?! Kak, lo dimana?!"

"kakak? Jadi kak Nakhyung kakak lo?!" pekik Sungchan

"kita adik kakak selama aku hidup" datar Nakhyung

"kakak mana, Chan?!"

"i-iya. Pegang tangan gw. Lo bisa denger dia ngomong"

Keduanya berjabat tangan. Sungchan hanya menjadi perantara keduanya berkomunikasi

"kak Nakhyung?" lirih Yohan

"kakak dibelakang, Han. Ga usah balik badan. Kamu ga bakal bisa liat kakak"

Mata Yohan memanas
"aku kangen kakak. Udah 5 tahun, kak"

"kakak juga. Kamu masih kesepian di rumah? Papa khawatir liat kamu kaya gini. Papa juga ga tenang liat anaknya kaya gini"

"tapi kalian jahat. Belum pernah aku tau wajah papa, tapi papa udah pergi waktu kecelakaan pesawat. Kakak juga! Kenapa kakak pergi?!"

"itu takdir, Han. Kakak ga bisa lawan. Sekuat apapun usaha kakak"

"tapi aku beneran kesepian, kak. Mama sering lembur. Aku tahu kalo mama kaya gitu buat ngalihin pikirannya"

"percaya sama kakak kalo kakak ga pergi. Kakak masih belum tenang, Han"

"kenapa?"

"satu kebusukan masih belum terbongkar. Dan kakal bakal pergi kalo udah waktunya"

"kakak makin bikin aku sedih"

Tak ada yang menyela perbincangan dua kakak beradik itu. Chenle semakin mengeratkan pelukannya karena isakan kecil Yohan

Indigo BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang