2. Sekolah

883 97 6
                                    

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Hingga tahun berganti tahun. Semuanya melesat cepat seakan tak tercapai ujungnya. Berkat waktu 9 tahun terakhir

"aku nganter anak anak sekalian berangkat" pamit Suho sembari memakai dasi di meja makan

"dimana kamu nyekolahin mereka? Satu sekolah lagi?" datar Yoona

"Yoona, come on. Mereka saudara. Apa salahnya?"

"terserah"

Yoona berlalu begitu saja melihat Suho yang nampak kekeh dengan pendiriannya

"kapan kamu berubah, Yoon? Anak anak mulai kesepian karena sikapmu itu"

Selesai dengan dasi yang ia gunakan, Suho segera menyesap sedikit kopi yang dibuatkan Yoona. Ia masih bisa menghargai hasil pekerjaan Yoona meskipun harus menahan kesalnya berkali kali

Suho segera berjalan ke arah mobilnya. Menunggu dua putra kembarnya yang masih bersiap

Tak lama, Yoona datang dengan sekotak bekal. Juga air minum. Bersamaan dengan datangnya si kembar

"ganteng banget anak bunda. Yang rajin ya. Ini bekalnya"

Kalau kalian berpikir Yoona bersikap sebaik itu, kalian benar! Tapi asal kalian tahu juga, ia hanya menatap Jisung, bukan Sungchan

"i-iya, bunda. Aku pamit ya"

"iya, sayang. Hati hati ya"

Jisung mengangguk, dan menarik tangan Yoona untuk disalami. Sambil berjalan, ia meraih bekal yang disiapkan Yoona

"b-bunda, a-aku berangkat" cicit Sungchan

"pergi" acuh Yoona sambil merapikan meja makan

"a-ada bekal buatku, bunda?"

Yoona terhenti dari aktivitasnya. Ia menatap tajam Sungchan disampingnya

"apa kau memerlukannya?"

Sungchan hanya mampu menunduk. Dirasakannya tengkuk yang ditiup pelan serta suara bisikan yang terdengar tak asing baginya sejak 9 tahun lalu

"jangan nangis, oke? Kakak dibelakang kamu. Kakak disisi kamu"

"cih, bisu!" desis Yoona yang berlalu dari meja makan menuju lantai dua

"aku tahu kakak udah pergi. Makasih, kak" gumam Sungchan pada arwah Jaemin yang menghilang

Menyudahi sedihnya, Sungchan berjalan ke arah dapur

Kosong

Dari tempat nasi, wajan, sampai panci memasak pun kosong. Tak berisi. Tak ada makanan. Hanya tersisa bahan mentah

Melihat dua lembar roti tawar, Sungchan mengambilnya. Membungkusnya dengan tisu, dan menjadikannya bekal

"maafin bunda ya. Jangan marah"

"iya, kak"

Tanpa menoleh pun ia tahu kalau kakaknya itu kerap mengajaknya berkomunikasi. Ia hanya tak tega melihat bagaimana tubuh ramping itu bersimbah darah, dan bubir manis itu terus mengeluarkan darah ketika bergerak

Tidak

Sungchan tidak takut

Ia berani

Justru karena kedatangan kakaknya lah yang membuatnya kuat. Sampai saat ini

.

"sekolah baik baik ya. Belajar yang bener. Sungchan, jagain adeknya. Jisung, jangan repotin kakak. Oke?"

Indigo BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang