20. Nacht

323 50 0
                                    

Sungchan merebahkan tubuhnya yang lengket karena keringat. Kepalanya berdenyut membuatnya pusing dan mual disatu waktu bersamaan

Dirasa pusingnya sedikit mereda, ia mengambil baju dan handuk. Ia harus merelakskan tubuhnya yang lelah

"hah, pusing banget sih" suaranya parau, seakan terhambat ditenggorokan

Ddrrttt...

"halo" sapanya tanpa melihat siapa si penelepon. Matanya terlalu sakit

"kak Chan"

"Jisung? Kenapa?"

"udah pulang?"

"abis mandi. Kamu dimana?"

"dikamar"

Tut

Ohh, adik kecilnya itu terlalu malas berjalan sampai di satu rumah pun mereka menggunakan ponsel untuk bicara

"duh, pusing banget astaga"

Ia menyamankan tubuhnya di kasur yang ada di kamar itu. Kasur singel yang pas dengan tubuh rampingnya

Ia kembali mengambil ponselnya yang tergeletak begitu saja. Menyetel alarm satu jam sebelum makan malam, dan memejamkan mata sejenak

"biarkan aku tidur dua jam saja"

.

Kriinggggg.....

Suara nyaring alarm yang disetel Sungchan membangunkan ia dari tidurnya

"huh? Jam 6?"

Ia mencuci wajahnya yang sedikit membengkak karena tidur. Berjalan ke arah dapur, dan mengamati bahan apa saja yang masih bisa ia masak

"apa ya?"

Tak ambil pusing, 3 bungkus ramyeon dan 2 telur gulung sudah terhidang di atas meja. Ia terlalu malas masak di saat pusing masih menderanya

Ia mengambil sendok, menempelkan di matanya. Katanya itu salah satu cara menghilangkan kantung mata

"apa yang kamu lakukan?"

Trangg

Sendok itu terlempar sampai menembus sosok yang berdiri di depannya saat ini. Nakhyung

"bisa ketok pintu dulu gak?"

Raut wajahnya sinis. Tapi dalam hatinya ia mengumpatkan segala macam umpatan

"aku disini sejak tadi"

"terserah"

Keduanya dilanda keheningan. Hingga sosok itu memanggil Sungchan dengan baik baik

"Chan"

"apa?"

"soal yang tadi-"

Sungchan menegakkan tubuhnya. Ia sampai lupa dengan apa yang ia lihat di alfamar*et tadi

"itu- beneran?"

Nakhyung nampak mengangguk. Air mukanya berubah sendu

"dia pelakunya"

Sungchan berdecak. Agaknya sedikit tidak percaya kalau memang dia pelakunya. Tapi- jika dilihat dari kelakuannya pada dua anaknya itu, mungkin bisa dibicarakan

"Jeno dan Nara tidak tahu kalau dia pembunuh"

Sungchan mendengus
"lagian siapa juga yang mau diketahui identitasnya sebagai pembunuh? Sekalipun sama anaknya sendiri"

Indigo BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang