ALVABETH BY VALENT JOSETA
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
****
Matahari sudah di ufuk barat, tapi Leo, Kevin, dan Alva masih terjebak hujan di halte dekat sekolah. Maklum, ketiganya sedang senang memakai motor untuk bepergian sejak satu bulan yang lalu. Sayangnya mereka tidak sedia payung sebelum hujan. Lagi pula, payung tidak bisa digunakan saat berkendara.
"Lo berdua sih lama banget rapatnya," protes Kevin menyalahkan teman-temannya. Kevin memang bukan anak OSIS, tapi kebetulan tadi ada ekstrakulikuler Komputer hari ini.
Leo melirik Alva tajam. "Lo 'kan nggak nungguin gue sama Alva," sahutnya tak terima disalahkan.
"Gue 'kan selesai dua menit lebih awal dari rapat lo," jawab Kevin memertahankan argumennya.
"Hitungan banget hidup lo!" timpal Leo lagi.
"Lo berdua sih minta gue pakai motor," decak Alva dengan nada dingin. Ia jengah melihat kelakuan kedua temannya. Dulu, waktu pakai mobil, Alva bebas kemanapun kapanpun.
Kevin dan Leo spontan menghentikan perdebatan mereka dan menoleh ke arah Alva yang tampak terus mengamati hujan.
Kevin memberikan cengiran tak berdosanya. Dia yang duluan beride agar kedua sahabatnya ini memakai motor juga. Katanya Jakarta macet, padahal pakai motor juga sama saja.
"Jakarta macet," jawab Kevin asal mengundang emosi Leo menjadi lagi. Buktinya sekarang tangannya sudah merangkul Kevin dengan tatapan maut dari matanya.
"Jakarta hujan," timpal Alva sebelum Leo sempat melakukan kejahatan lebih jauh.
"Macetnya setiap hari, hujannya 'kan hari ini doang," balas Leo enteng.
"Terserah." Alva lantas berdiri menjauh dari perdebatan Kevin dan Leo yang selanjutnya pasti tidak penting.
"Kemana?" Kevin mengalihkan perhatiannya dari rencana menyiksa Leo.
"Telpon Betha," jawab Alva singkat disambut hinaan 'bucin' dari dua sahabatnya.
Oh iya. Betha memang tidak ikut rapat OSIS hari ini. Betha bilang dia sedikit tidak enak badan, jadi dia mengambil izin untuk tidak ikut rapat. Tentu saja dengan mudah. Pacar ketua OSIS mah bebas!
"Halo, sayang!" sapa Alva ceria. Sungguh sisi yang sangat berbeda dari ketua OSIS bucin ini!
Betha menghela napasnya kasar. "Sayang-sayang aja lo, geli!" protes Betha dari seberang sana.
"Disayang aja susah," decak Alva.
"Udah sehat?" lanjut Alva. Jujur, dia tidak bisa fokus saat rapat tadi. Sibuk mengkhawatirkan Betha.
Betha tertawa kecil. "Pasti tadi kamu nggak fokus rapat," ejeknya seolah hapal tabiat pacarnya.
Alva mendecak, "Kok ketahuan sih."
"Kamu 'kan bucin," balas Betha kejam. Kutukan macam apa ini? Seorang ketua OSIS, anggota basket andalan, atlet olimpiade Kimia yang dikagumi hampir semua wanita malah dibilang bucin oleh pacar sendiri.
"Aku serius, Betha. Kamu udah sehat?" Alva mengulang pertanyaannya yang masih digantung oleh Betha.
"Tadi cuma klelewat makan siang, Al. Udah nggak apa-apa kok," jawab Betha lembut.
"Kebiasaan," suara Alva berubah dingin. Betha terkekeh. Suara dingin Alva mungkin terdengar seram untuk gadis-gadis lain, tapi kini lucu untuknya.
"Al, mau pulang nggak lo?" seru Leo setelah melihat hujan mulai mengecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Teen Fiction"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...