ALVABETH BY VALENT JOSETA
Dari aromanya sih ... hari ini ada yang akur :)
Happy reading!
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
****
Matahari yang masih cukup menyengat menemani latihan tim basket SMA Bangsa. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi sepertinya Sang Raja Siang masih betah bergantung di tempatnya. Latihan hari ini adalah latihan gabungan antara tim inti dan tim cadangan. Keduanya dijadikan lawan sebagai bentuk latihan pertandingan minggu depan.
Gamma duduk sedikit lebih jauh dari lapangan, sekadar untuk mengamati Alva. Setengah jam yang lalu – saat bel pulang sekolah berbunyi – Gamma bilang pada Vivi akan pulang setelah menengok lapangan sebentar, tapi ternyata magnet di kursinya saat ini lebih kuat dari niatnya untuk pulang. Gamma bahkan belum sadar bahwa dirinya sudah menonton pertandingan sebanyak dua kuarter.
"Hei," sapaan lembut di sebelah Gamma menginterupsi fokus gadis itu.
Gamma menoleh lalu tersenyum ramah sebelum membalas, "Hai, Kak." Gadis itu kemudian kembali mengamati lapangan.
"Ngapain?" Orang tadi mengikuti arah pandang Gamma ke lapangan.
"Nonton aja," jawab Gamma ramah, "Kak Omega ngapain?" tanyanya balik.
Omega tertawa kecil sebelum menjawab. "Dari ruang BK," jawabnya kelewat santai disambut kekehan dan geleng-geleng kepala dari Gamma.
Terjadi keheningan sesaat setelah jawaban Omega. Gamma masih sangat fokus memerhatikan lapangan, seperti tak ingin melewatkan satu momen pun di sana. Sedangkan Omega menatap gadis di sebelahnya dengan senyum kagum.
"Nunggu Alva?" tanya Omega akhirnya memecah keheningan.
Gamma menggeleng. "Tadinya mau pulang, tapi keterusan nonton." Gamma menyertai kalimatnya dengan kekehan. Kekehan yang menular pada Omega.
"Mau bareng gue?" tawar Omega tulus.
Gamma menoleh untuk menatap Omega lalu menggeleng. "Nggak usah, bisa sendiri kok," tolaknya halus.
Omega hanya mengangguk tanda ia menerima jawaban Gamma. Setelah kejadian saat pesta rakyat kemarin, Omega jadi bertanya-tanya Gamma itu terbuat dari apa. Pasalnya, gadis ini sangat pemaaf dan ramah. Bahkan, beberapa kali pertemuan mereka, Gamma tak segan untuk menyapa duluan.
Keheningan di antara mereka terpecahkan oleh sapaan kedua untuk Gamma. Kali ini seruan nama Gamma yang sedikit lebih keras karena jarak yang cukup jauh.
Omega dan Gamma spontan menoleh, menatap gadis yang melambaikan tangan seraya mendekat. "Betha, ya?" tanya Omega spontan.
Gamma mengangguk. "Kakak kenal?" tanyanya.
Omega menggeleng lagi. "Mantan pacarnya Alva. Mana ada yang nggak tahu," jawabnya santai, "Kalau gitu gue duluan ya," pamit Omega kemudian yang disambut anggukan Gamma.
"Hati-hati, Kak," ucapnya sebelum Omega terlalu jauh.
Tepat setelah Omega menghilang di belokan lorong sekolah, Betha memijakkan kakinya di hadapan Gamma. Gadis itu kemudian duduk di samping Gamma.
"Nunggu Alva?" Pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya.
Gamma terkekeh pelan. "Nggak, nonton aja," jawabnya ramah, "Kak Betha nunggu A– eh, Kak Delta?" tanya Gamma mendadak canggung di akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Teen Fiction"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...