89 - AKHIR

1.1K 124 48
                                    

Yeayyy welcomee di part terakhirrr!

Aku bingung bilang mana yang terakhir sejujurnya, ini atau yang kemarin ya 😆 Tapi, gapapa gausah dipikirin, hahaha, enjoy aja ceritanyaa!

Selamat membacaaa! 💜💜

****

Alva baru selesai menggantungkan handuknya di jemuran saat suara Gamma memanggilnya untuk turun karena makanan sudah siap.

"Iya, Al, sebentar," balas Alva ikut berteriak agar Gamma dapat mendengarnya.

Saat ini Alva, Betha, Gamma, dan Delta sedang berada di villa milik keluarga Delta di puncak. Entah apa yang mambawa mereka tiba-tiba dengan mudahnya sepakat untuk menginap lagi di tempat ini di libur kenaikan kelulusan ini.

Alva bergegas turun setelah mengisi daya ponselnya yang habis. Dia mencari keberadaan Gamma di dapur dan hampir saja terperanjat saat gadis itu tiba-tiba muncul dari pintu belakang.

Gamma terkekeh pelan melihat reaksi Alva. "Maaf, Kak," ucapnya sambil membereskan beberapa piring, "Lagian, kalau nyariin kenapa nggak teriak, sih?"

"Ya, 'kan baru mau manggil, lo sudah muncul tiba-tiba."

Gamma mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Boleh tolong bawa saus dan gelas-gelasnya ke luar, Kak?" pinta Gamma.

Alva mengangguk dan mengambil barang-barang yang bisa dia bawa ke luar. "Betha sama Delta belum pulang?" tanyanya lalu menata gelas dan saus yang dibawanya.

"Kayaknya sebentar lagi, deh. Kenapa? Kangen pacar?" Gamma dengan sengaja menaikturunkan alisnya.

"Sembarangan!" Alva mengacak puncak kepala Gamma. "Mereka 'kan pergi dari sebelum gue mandi, masa setengah jam nggak balik-balik?"

"Mungkin beli camilannya di Jakarta," balas Gamma nyeleneh. "Lagian, kakak mandi lama banget 30 menit."

Alva tertawa lalu mengacak puncak kepala gadis itu dengan gemas sekali lagi. "Terserah!" sahut lelaki itu pasrah, "Ada yang mau dibawa lagi nggak nih?" lanjutnya mengalihkan topik.

Gamma menggeleng.

"Yakin?"

Gamma mengangguk.

"Oke, gue mau ambil gitar." Alva berdiri sambil masih menatap Gamma yang sibuk dengan hasil masakan dan piring-piringnya.

"Oke," balas gadis itu singkat.

Alva kembali ke teras belakang bersama gitarnya lalu duduk di sebelah Gamma yang sibuk dengan ponselnya. "Nyanyi, yuk," ajak lelaki itu tiba-tiba.

"Hah?" Gamma menyimpan ponselnya lalu menatap Alva heran, "Nyanyi apa?"

Alva mengangkat kedua bahunya sambil mulai memetik gitarnya. "Lo lagi suka lagu apa?"

Gamma bergumam sebentar. "Rumah Singgah, sih."

"Fabio Asher?"

Gadis itu mengangguk singkat.

"Galau banget lagunya. Merasa tertampar, nih, gue," komentar Alva lalu mencari nada dasar yang tepat untuk lagu yang Gamma sebutkan tadi.

Gamma terkekeh kemudian memukul lengan Alva pelan. "Jangan tersinggung gitu, dong. Waktu kita baru putus, Gamma galaunya pakai lagunya Tiara Andini yang 'Merasa Indah' soalnya."

"Sengaja disebut lagi." Alva menggeleng pasrah. "Berapa lama galaunya?"

"Sebulan ada, sih, kayaknya," balas gadis itu polos, "Kak Alva gimana?"

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang