55 - AIR TERJUN

513 118 30
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

MARI KITA LIBURAN! 🎉

Diingatkan lagi, gaboleh banget emosi ini mah, gaboleh ✌✌

Selamat membaca! 💜💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

Air danau beriak kecil akibat terpaan angin malam. Cukup dingin, tapi api dari tempat pembakaran cukup membantu. Ditambah beberapa sosis dan jagung bakar yang sudah matang sempurna dan siap untuk disantap membuat tubuh lebih fokus mencerna daripada merespon udara dingin.

Alva kembali duduk di hadapan Betha setelah menyampirkan jaket tebal berwarna merah maroon milik Betha di pundak gadis itu. Tadi lelaki itu pamit sebentar untuk mengambil jaket miliknya ke dalam villa, jadi Betha menitipkan jaketnya juga.

Betha menoleh sambil tersenyum manis. "Thank you," ucapnya lembut kemudian menggunakan jaketnya dengan benar.

"Delta sama Gamma belum selesai juga?" tanya Alva karena tidak mendapati keduanya di sekitar danau. Delta dan Gamma mandi belakangan karena membumbui beberapa bahan barbeque terlebih dahulu.

Betha mengangguk. "Jagungnya asin tau, Al," protes Betha. Seingatnya, jagung yang dia makan ini adalah hasil bakaran Alva.

"Kan kamu yang oles air garamnya tadi." Alva tidak terima disalahkan. "Memangnya seasin apa?" lanjutnya penasaran.

Betha menyodorkan jagung dalam pegangannya agar Alva bisa mencobanya sendiri. Tanpa segan, Alva menggigit sedikit bagian bawah dari jagung yang masih dalam genggaman Betha. Dia tertawa begitu beberapa butir jagung berjatuhan dan beberapa lainnya mengenai lidahnya. Benar kata Betha, jagungnya asin.

"Asin 'kan?" Betha memastikan indera pengecapnya tidak salah.

Alva masih tertawa seraya mengangguk. "Tapi masih bisa dimakan. Sambil lihat aku biar manis." Lelaki itu berujar kelewat santai kemudian mengambil kipas di sampingnya dan mengibaskannya pada beberapa tusuk sate.

Betha berdecak lalu ikut tertawa. "Nggak dengar kalimat terakhirnya, burem." Betha menjulurkan lidahnya.

Alva mengacak puncak kepala Betha dengan gemas sebelum ponselnya berbunyi sekali. Ia menarik benda pipih itu dari kantong jaketnya.

Bunda : Jangan telat makan ya, Sayang. Jagain Betha. Take care.

Betha menatap Alva. "Siapa?" tanyanya setelah melihat Alva sedikit tertegun membaca pesan di layar ponselnya.

Lelaki itu tersenyum tipis. "Bunda," jawab Alva seadanya, "Katanya jangan lupa jagain Betha," lanjutnya sambil membalas pesan dari Bunda Nadia.

"Udah bicara lagi sama Bunda?" tanya Betha ragu. Dari sorot mata Alva, sepertinya hubungan mereka belum terlalu membaik setelah perdebatan kemarin.

Alva menggeleng. "Aku belum siap mendengar penolakan Bunda lagi, Tha. Aku perlu waktu untuk nggak emosi dengan kebaikan hati Bunda."

Betha mengangguk mengerti, tersenyum teduh sambil menatap Alva. "Ya udah nggak apa-apa. Pelan-pelan aja," ucapnya.

"Lapar gue," adu Delta yang medadak duduk di samping Alva.

"Makan," titah Betha singkat. Jujur, jantungnya berpacu sedikit lebih cepat karena kaget dengan kehadiran Delta.

"Pacar gue mana?" tanya Alva yang masih fokus membolak-balikkan sate.

"Lama dia kalau mandi." Delta menggigit sosis bakar dengan santainya.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang