ALVABETH BY VALENT JOSETA
Alva-Betha lagii nih part inii! 😌😌
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
***
Betha keluar dari ruang OSIS sambil menghela napas panjang. Hari ini ternyata cukup melelahkan. Tapi, entah energi fisik atau emosinya yang terkuras.
Gadis itu melirik ponselnya yang menyala secara tiba-tiba karena notifikasi. Sudut bibirnya mendadak tertarik membentuk senyum simpul nan pasrah. Jari-jarinya bergerak membuka kalender ponselnya dan menghapus notifikasi yang sengaja ia atur untuk muncul setahun sekali itu.
"Pulang sama siapa?" Sebuah suara menginterupsi fokus Betha.
Betha menoleh, mengedipkan matanya beberapa kali. Otaknya mendadak blank untuk mencerna situasi saat ini.
"Betha," panggil suara itu lembut.
"Eh, ini mau telepon Papa buat jemput," jawab Betha canggung.
Alva mengangkat sebelah alisnya. "Kamu nggak apa-apa?"
Betha mengangguk. "Memangnya aku terlihat kenapa?" tanyanya selidik.
"Nggak apa-apa, sih." Alva menggaruk tengkuknya, bingung dengan keadaan yang tiba-tiba canggung begini. "Pulang sama aku aja, gimana?" tawarnya hati-hati.
"Nggak apa-apa?" tanya Betha balik.
"Nggak apa-apa. Memangnya kenapa?" jawab Alva polos.
"Gamma?" Betha menatap Alva lurus. "Maksudnya, aku tahu dia pulang bareng Delta karena ada acara keluarga. Tapi, dia nggak apa-apa kalau aku pulang bareng kamu?" Gadis itu dengan cepat memperjelas maksud pertanyaannya.
"Oh, santai, lah." Alva mengibaskan tangannya santai.
"Beneran?"
"Iya. Nih, kita telepon anaknya sekarang kalau kamu nggak percaya."
Betha mengangguk setuju dengan cepat.
Nada hubung sambungan telepon Alva dengan Gamma terputus di dering kelima. Kamera Gamma menunjukkan kaca depan mobil yang sedang membelah jalan tol. Gadis itu terdengar sedikit rusuh sebelum akhirnya menggunakan kamera depannya.
Alva terkekeh melihat wajah bingung Gamma. "Rusuh banget, Al," komentarnya saat pertama kali buka suara.
"Gamma baru saja mau tidur. Kaget dengar dering ponselnya," cerita Gamma polos. "Kenapa?" tanyanya.
Alva menghadapkan kameranya sedikit ke samping agar Betha ikut terlihat. "Gue antar Betha pulang nggak apa-apa?" tanyanya to the point.
Gamma mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian segera mengangguk. "Nggak apa-apa. Memangnya kenapa?"
"Tadi gue udah bilang nggak apa-apa mewakili suara hati lo, tapi Betha nggak percaya." Alva melirik Betha dengan senyum jahilnya.
Betha memutar bola matanya malas lalu berdecak. "Delta, nggak apa-apa gue pulang bareng Alva?" Betha mendekat agar lebih terlihat di kamera ponsel Alva.
Gamma memiringkan ponselnya, menunjukkan Delta yang sedang menyetir. lelaki itu menoleh sebentar melihat ponsel Gamma lalu kembali fokus menyetir. "Kenapa harus apa-apa, Tha?" tanyanya bingung.
Alva terkekeh. "Aku suka pertemanan ini," celetuknya, "Tenang, Betha gue antar sampai rumah dengan selamat," ujarnya pada Delta.
"Iya, percaya. Sebelum gue juga lo duluan yang sayang sama dia," balas Delta santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Ficção Adolescente"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...