ALVABETH BY VALENT JOSETA
Setelah baca part ini, tolong jangan demo sekolah kalian karena pekan kreativitasnya nggak kayak gini, ya! ✌✌
Happy reading! 💜💜
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
***
Tiga hari ini akan benar-benar menjadi pekan favorit seperti setiap tahunnya. Siswa SMA Bangsa tetap masuk ke sekolah selama tiga hari meskipun telah menyelesaikan Ujian Akhir Semester. Tidak ada kegiatan yang berarti di sekolah, seperti acara PORSENI yang diselenggarakan pengurus OSIS atau seminar-seminar dari sekolah, tetapi tiga hari ini akan diisi oleh "jam kosong" sepanjang hari. Iya, "jam kosong". Kata Ibu Kepala Sekolah, murid-murid akan jauh lebih senang mengeksplorasi dan menunjukkan bakat mereka jika tanpa paksaan. Apalagi kegiataan ini membuat siswa semakin kompak satu sama lain dan menjadi hiburan tersendiri untuk mereka. Nilai plus lainnya adalah membentuk mindset siswa bahwa sekolah tidak selalu membosankan, walaupun hanya satu tahun sekali.
Lapangan terbuka untuk siapapun yang mau bertanding basket atau futsal, timnya akan ditentukan oleh siswa sendiri. Di samping lapangan terdapat panggung untuk siswa-siswi yang berbakat dalam bidang band atau seni tari. Ada juga papan tripleks warna putih di samping lorong untuk diiisi oleh gambar atau tulisan. Dapur khusus tata boga juga terbuka untuk dieksplorasi dan biasanya menjadi tempat tongkrongan favorit karena selalu tersedia makanan. Lab IPA, lab bahasa, dan lab komputer boleh digunakan dengan pengawasan dari guru penjaga. Terakhir, tempat favorit Betha adalah perpustakaan, tidak panas dan jauh dari keramaian.
"Tha, kok sendiri aja?" Delta mendadak muncul di belakang Betha.
Betha menoleh lalu tersenyum ramah. "Di perpustakaan memang lebih baik sendiri, kalau banyakan nanti berisik," jawab Betha sekenanya.
Delta terkekeh. "Ya, setidaknya sama teman satu atau dua gitu," balasnya memberi pembelaan.
"Tadi sama Tarissa, tapi anaknya ke lapangan lagi diajak gebetannya. Lagian sekarang 'kan ada lo yang temenin gue." Betha masih fokus pada bukunya.
Delta tersenyum. "Ke lapangan yuk," ajaknya kemudian.
Betha mengerutkan dahinya. "Ngapain? Gue nggak bisa dan nggak suka olahraga."
"Tim basket gue bentar lagi tanding, masa nggak mau nonton?" pinta Delta pura-pura memelas.
"Gue udah tahu pemenangnya," balas Betha tak acuh.
"Sakti," sahut Delta mengacungkan kedua jempolnya, "Jadi, nggak mau ikut ya?" tanyanya memastikan.
Betha melirik Delta kemudian bergumam sebentar. "Ikut aja deh." Betha menutup bukunya kemudian menyimpannya kembali di tempat semula. Delta tertawa kecil sambil mengacak rambut Betha pelan lalu menggiring gadis itu keluar perpustakaan dengan mendorong pelan kedua pundaknya.
****
Gamma melangkah tanpa tujuan sambil mengomel tak henti karena Vivi sempat memaksa dirinya untuk menemaninya memasak beberapa resep baru. Alhasil, Gamma memang diperbolehkan pergi, tapi dia jadi harus pergi kemana-mana sendiri dan tidak punya kegiatan lain. Jujur, Gamma bisa memasak, tapi bukan berarti dia suka berada di dapur dengan segala kerusuhannya. Apalagi ada Sandrina di sana, melihat tatapannya saja membuat Gamma bergidik.
"Gamma!" Seruan yang tak asing lagi di telinga Gamma membuat langkahnya terhenti. Tebakannya sangat tepat, Betha yang memanggilnya. Gadis itu berlari kecil diikuti Delta di belakangnya saat Gamma menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Novela Juvenil"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...