77 - TEMAN SEKELOMPOK

510 110 93
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Haii! Akhirnyaa hari ini bisa update lagii😆 Semoga suka ya sama part hari ini!

Selamat membaca! 💜💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

Entah sudah terhitung berapa kali Sandrina berdecak kesal dan memutar bola matanya malas karena kelakuan Delta. Dia tidak menyangka sang kapten tim basket yang katanya punya banyak pengagum ini sama menyebalkannya dengan guru Geografi mereka yang menetapkan Sandrina dan Delta untuk sekelompok di projek akhir. Bahkan, Sandrina sempat heran, mengapa Betha bisa betah didekati oleh cowok semacam Delta sebelum akhirnya menyadari kalau Betha juga cukup menyebalkan.

"Jadi gimana ini, Sandrina?' Delta buka suara lagi setelah helaan napas yang cukup panjang.

Sandrina menggaruk kepalanya. "Nggak tahu, astaga! Bantu mikir, ah, lo dari tadi gimana-gimana mulu!" omelnya penuh emosi.

Delta terkekeh lalu mengambil kertas yang dicoret-coret Sandrina selama sepuluh menit. Lelaki itu membalikkan kertas menjadi bagian yang kosong dan mulai menulis.

"Ngapain lo?" tanya Sandrina ketus ditambah sedikit penasaran.

Delta menggeser kertasnya agar Sandrina bisa melihat apa yang dikerjakannya. "Dalam bayangan gue, perencanaan wilayah itu harus mulai dari penduduknya sendiri. Jadi, tugas kita sekarang tentukan dulu mau desa, kota, atau wilayah mana yang direncanakan. Selanjutnya survei kepadatan penduduk dan rentang usia penduduk, semacam lebih banyak yang produktif atau nonproduktif gitu. Dari sana baru kita bisa tentukan pola pemukiman dan lain-lainnya."

Sandrina mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menelan salivanya. "Oke, terus?" balasnya sedikit speechless.

"Ya udah, nggak terus-terus. Gue kasih tahu, nih, mengerjakan sesuatu itu harus dari dasarnya. Jangan kebiasaan pengen instan. Pusing sendiri 'kan lo," nasihat Delta mendadak bijak.

"Ih, iya iya. Bawel lo!"

"Dih, bagus gue bantu."

"Ya udah, sekarang gimana?"

"Sekarang tinggal cari mau perencanaan wilayah mana," balas Delta tak acuh.

"Menurut lo mending wilayah mana?"

"Lo aja yang pilih."

"Ih, kayak cewek lo! Tidak musyawarah mufakat!" omel Sandrina lagi sambil memukul lengan Delta pelan.

"Cewek gue nggak gitu sih," balas Delta sengaja.

"Kayak yang punya aja!" Sandrina mendengus kasar. "Ayo putuskan mau wilayah apa?" tanyanya emosi.

"Pesisir pantai," jawab Delta spontan.

"Oke."

"Dih?" Delta protes. "Nggak ada pendapat lain?"

"Nanti gue berpendapat, lo nggak setuju, debat lagi. Males." Sandrina mengibaskan tangannya tak acuh.

"Kurang asyik ya hidup lo," ejek Delta, "Ya udah, kita mau diskusi kapan lagi?"

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang