32 - MENURUT PAPA

488 106 76
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

"Halo, Al," sapa Alva setelah nada sambung terhubung.

"Eh? Kak Alva?" Gadis di seberang telepon mengucek matanya. Ah, dia tidak mimpi. Gamma hanya ketiduran saat belajar tadi.

"Lo udah tidur?" tanya Alva menyadari suara Gamma yang serak dan terdengar lemah. Persis seperti orang bangun tidur.

Gamma tertawa malu. "Nggak juga. Gamma lagi buat tugas tadi," jujurnya.

"Terus ketiduran?" tebak Alva melanjutkan kalimat Gamma.

"Iya." Gamma terkekeh di akhir jawabannya.

Alva ikut terkekeh. "Kenapa bisa ketiduran? Jangan terlalu capek." Terselip sedikit perhatian yang Gamma rasakan karena tanpa sadar Gamma mengangkat kedua sudut bibirnya.

Gamma menggeleng, dia tidak boleh berharap terlalu jauh. "Nggak capek. Gamma nggak bisa materi ini, jadi mumet aja gitu," ungkapnya polos.

Alva mengangkat satu alisnya. "Pelajaran apa?"

"Kimia."

Gamma ditelepon orang yang tepat dan seharusnya dia bersyukur setelah ini. Alva akan menjadi malaikatnya kali ini. "Materi apa? Siapa tahu gue bisa bantu," ujar Alva basa-basi. Jelas dia bisa.

"Hm... Sejujurnya Gamma nggak ngerti Kimia dari awal. Tapi, tugasnya tentang konfigurasi electron dan reaksinya," jelas Gamma.

Alva terkekeh lagi. Jika dalam keadaan normal, Gamma sangat polos dan lucu. "Besok gue ajarin, mau?" tawarnya tanpa beban.

"Eh? Nggak ngerepotin?" tanya Gamma jadi merasa tidak enak.

Alva mendengus. "Boleh nggak sekali aja gue yang direpotin sama lo? Gue sudah terlalu banyak merepotkan lo selama ini."

Gamma terdiam sebentar. Baginya, Alva sama sekali tidak pernah merepotkan. Gamma senang bisa dekat dengan Alva selama ini.

"Mau?" tawar Alva sekali lagi penuh kesabaran.

"Eh, iya, mau," jawab Gamma dengan senyum paksanya yang tidak Alva lihat. Bagaimana bisa ia meredam perasaannya yang semakin bertumbuh jika Alva semakin manis begini.

"Pagi-pagi, ya? Pulang sekolah gue ada latihan basket. Gue yang ke kelas lo atau lo yang ke kelas gue?"

Gamma bergumam sebentar. Dia teringat teman-temannya yang selalu kompor jika melihatnya bersama Alva. Bisa-bisa Gamma menyebabkan kehebohan baru di SMA Bangsa jika Alva yang ke kelasnya.

"Gamma aja yang ke kelas Kak Alva. 'Kan Gamma yang butuh," putusnya.

Alva mengangguk walaupun Gamma tidak melihatnya. Keadaan kemudian menjadi hening karena keduanya kehabisan topik pembicaraan.

"Kak Alva kenapa telepon?" tanya Gamma baru tersadar bahwa kali ini Alva meneleponnya duluan.

"Menjawab telepon dari lo yang tadi gue tolak," jawabnya santai.

Benar juga. "Oh, tadi Gamma cuma mau tanya kabar Kak Alva dan kasih kabar kalau Gamma udah sampai rumah. Maaf kalau jadi ganggu," ucap Gamma merasa bersalah.

Alva terkekeh lagi. "Nggak ganggu kok," balasnya lembut.

"Tapi di reject?" sahut Gamma.

Alva tertegun sebentar. Apa iya dia harus jujur lagi jika tadi ia sedang bersama Betha? Tidak akankah menyakiti perasaan Gamma yang jelas-jelas suka padanya?

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang