ALVABETH BY VALENT JOSETA
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
****
"Bocil, nanti pulang gue latihan lagi, Alva juga, lo pulang sendiri nggak apa-apa?" tanya Delta setelah Gamma mengunci pintu mobilnya.
Gamma mengangguk. "Santai aja," jawabnya santai.
Delta mengangguk. Dia sangat mengakui kemandirian Gamma, tapi tentu saja sebagai seorang kakak seringkali terselip rasa khawatir untuk adiknya.
"Ya udah gue duluan ke kelas. Sekalian mau menyapa pujaan hati," pamit Delta dengan sombongnya kemudian berlalu begitu saja.
"Masih pagi banget! Kak Betha belum tentu udah datang," teriak Gamma memperingatkan. Tentu saja, Gamma sengaja datang lebih pagi karena sudah janjian dengan Alva. Ini masih satu jam lebih lima belas menit sebelum bel masuk.
"Biarin!" balas Delta berteriak juga.
Gamma hanya geleng-geleng melihat kelakuan abangnya. "Nggak waras," gumamnya.
****
Alva menyimpan tasnya di atas kursi kemudian duduk dengan santai. Kelasnya masih kosong karena ia datang lebih pagi. Dia lalu melirik jam tangannya dan mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan pada Gamma bahwa dirinya sudah sampai.
"Kak Alva." Sapaan ceria dari depan kelas serta lambaian tangan menerbitkan senyum Alva.
"Baru mau gue chat padahal," ujar Alva lalu memasukkan kembali ponselnya. Alva menepuk kursi di sebelahnya sebagai isyarat agar Gamma segera duduk.
Terlihat sorot mata keraguan dari Gamma. Dia sempat melihat sekeliling beberapa kali. "Serius nggak apa-apa kita belajar di sini?" tanya Gamma tak yakin.
Alva mengangguk. "Tenang aja kali, 'kan ada gue," jawab Alva santai dengan senyum yang belum menghilang. Pagi-pagi begini saja Gamma sudah disuguhkan senyum berlebihan. Bisa semakin tidak sehat jantungnya.
Gamma akhirnya duduk di samping Alva dan segera mengeluarkan bukunya. Gadis itu menunjukkan soal yang harus dikerjakannya sebagai pekerjaan rumah dan memerhatikan penjelasan Alva dengan saksama. Penjelasan Alva sangat mudah dimengerti, jauh jika dibandingkan dengan penjelasan gurunya.
"Jadi, sederhananya ini akan mudah kalau lo hafal tabel periodik. Hafal nggak?" tanya Alva setelah Gamma bilang mengerti.
Gamma menggeleng polos. "Gamma nggak terlalu pintar menghafal," desahnya berat, "Tapi, nanti Gamma coba."
Alva membuka halaman paling terakhir dari buku tulis Gamma dan menuliskan beberapa deret kalimat di sana beserta penjelasannya.
"Ini apa?" tanya Gamma polos setelah Alva menyerahkan bukunya kembali.
"Namanya jembatan keledai. Semoga mempermudah lo untuk menghafal. Apalagi tulisannya punya gue," jelas Alva dengan sedikit kebanggaan di akhir kalimat.
"Pede banget," cibir Gamma kemudian membaca ulang kalimat Alva dan sedikit terkekeh. Kalimat yang Alva tulis sungguh lucu.
Alva menunjuk tabel periodik milik Gamma. "Setelah lo hafal, nanti lo juga tahu sendiri berapa banyak elektron yang dibutuhkan dua atau lebih elemen untuk bisa saling melengkapi. Tinggal lihat dari golongan dan barisnya." Alva menyimpulkan dengan tepat.
Gamma mengangguk paham kemudian tersenyum senang. "Terima kasih, Kak Alva," ucapnya ceria.
Alva mengacak puncak kepala Gamma. "Sama-sama. Kalau butuh bantuan, jangan sungkan buat bilang sama gue," balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Teen Fiction"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...