ALVABETH BY VALENT JOSETA
Hari ini ... siap-siap sedikit nyesek gitu ya gais. Eh, gatau kalau banyak, siap-siap aja ya pokoknya :) Bisa dibilang ini awal mula masalah yang rumit jadi semakin rumit.
FYI waktu nulis part ini napas aku sampe beneran pendek-pendek dan harus sering-sering narik napas panjang gitu gais :")
Tapi, aku tetap berharap kalian merasakan yang sama, hehe. Dah ah kepanjangan. Happy reading!
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
****
Motor Delta mendarat dengan selamat di depan rumah Betha. Senyum Betha belum berhenti mengembang sampai ia selesai melepaskan helm. Delta berhasil menciptakan sore yang ringan dan cukup indah untuk Betha lewati selama di motor tadi. Pembicaraan seputar tempat liburan favorit, impian terbesar, dan tokoh sejarah favorit menjadi pengantar perjalanan mereka.
Betha menatap Delta cukup lama selagi lelaki itu menggantungkan helmnya di bagian depan motor.
"Jangan tatap gue terus, nanti lo suka," tegur Delta setelah balik menatap Betha dengan senyumnya beberapa saat.
Betha mendesis. "Itu 'kan harapan lo," sahutnya blak-blakkan. Terhitung sudah tiga kali Betha berucap blak-blakkan hari ini. Ingatkan Betha untuk minum vitamin pereda frontal setelah ini.
Delta terkekeh tidak menyalahkan. "Terima kasih untuk hari ini, Tha," ucap Delta sungguh-sungguh.
Betha mengangguk. "Gue yang harusnya bilang makasih. Terima kasih kembali, Ta," balas Betha tak kalah sungguh-sungguh.
"Gue tahu satu hal hari ini." Delta menggantungkan ucapannya.
"Apaan?"
"Alva nggak seburuk yang gue kira ternyata." Delta terkekeh mengingat pembicaraan yang menjadi cukup mengalir saat makan bersama tadi. Alva ternyata mudah diajak diskusi; mulai dari teknik basket, sparepart motor, hobi, dan kuliah bisnis.
Betha terkekeh. "Mantan gue baik, lo aja yang emosian," sahutnya tak terima, "Coba akur kayak tadi dari lama, 'kan gue senang."
Delta menjulurkan lidahnya meledek. "Iya gue salah iya," desahnya pasrah.
"Gue juga jadi tahu sesuatu hari ini." Betha mengulang kalimat Delta.
Delta mengangkat satu alisnya. "Apa?" tanyanya penasaran.
"Kehadiran lo di hidup gue ternyata nggak seburuk yang gue kira."
Singkat, tapi berhasil berpengaruh pada ritme jantung Delta. Apalagi ditambah dengan senyum Betha yang sedari tadi semakin manis dan tulus. Binar mata Betha pun tidak berbohong kali ini. Gadis itu mengucapkannya dengan tulus.
"Gue masuk dulu ya," pamit Betha setelah Delta bergeming cukup lama dengan senyumnya, "Terima kasih sudah hadir."
****
Alva merebahkan tubuhnya setelah selesai membersihkan diri. Ia menyangga kepalanya menggunakan kedua telapak tangannya dan tersenyum tipis menatap langit-langit kamarnya. Ia terkekeh pelan lalu geleng-geleng, menepis pikiran-pikiran yang hinggap tak sengaja. Kekehannya terhenti saat sebuah notifikasi pesan masuk pada ponselnya.
Althea Gamma : Terima kasih untuk hari ini.
Pesan yang singkat, tapi berhasil menarik sudut bibir Alva lebih jauh. Padahal tadi pikirannya cepat-cepat ia tepis, ternyata sampai juga pada yang dipikirkan. Tangannya bergerak mengetik balasan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Teen Fiction"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...