26 - GARA-GARA GAMMA

570 116 12
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Siapa yang kangen sama Alva-Betha? Yuk baca! Selamat membaca!

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

Betha berjalan dengan cepat menyusuri lorong sekolahnya membelah beberapa kerumunan siswa yang tengah asyik mengobrol. Tangannya memegang sebuah walkie talkieyang seharusnya terhubung dengan semua pengurus OSIS di berbagai penjuru sekolah. Sayangnya, baterainya baru saja habis dan sebentar lagi seharusnya pergantian babak. Betha harus dengan cepat menghubungi Kia yang ditempatkan di bagian radio sekolah. Khusus untuk memanggil peserta yang harus segera berada di tempat lomba berlangsung.

Alva sedang mengontrol keadaan lomba poster di lantai tiga dan cerdas cermat di aula sekolah yang terletak di lantai 4, sedangkan tugas Betha adalah mengontrol seluruh lomba di lantai satu. Alva bilang Betha tidak boleh banyak naik turun tangga, mengingat gadis ini memiliki tekanan darah yang sering rendah.

"Kia, ini daftar untuk babak final futsal." Betha menyodorkan sebuah kertas coretan yang ia pakai untuk mencatat tadi.

"Makasih, Kak. Nanti sekalian Kia pindahin ke karton yang di sana," tanggap Kia sambil menunjuk sebuah karton biru berisi sebuah bagan untuk babak futsal.

"Kak Betha," seorang gadis memanggil Betha dari pintu ruangan radio sekolah.

Betha segera menoleh, mendapati gadis dengan napas tersenggal-senggal yang memanggilnya tadi. Dengan cepat Betha menghampiri gadis itu.

"Kenapa?" tanyanya lembut sembari memegang pundak gadis itu, bermaksud menenangkannya terlebih dahulu.

"I... itu... A-ada yang ber... bertengkar di lapangan," ujar gadis itu terbata-bata. Napasnya masih tak teratur, mungkin karena berlari dari lapangan sampai ke sini. Memang cukup jauh.

Mata Betha membelalak. "Bertengkar kenapa?" tanyanya berusaha tenang.

Gadis tadi menggeleng tanda tidak tahu. "Kayaknya gara-gara lomba, Kak. Anak kelas 10B dan kelas 12," jawab gadis itu cepat.

Disamping otaknya yang encer, otak Betha memang bekerja sangat cepat jika dalam kondisi panik begini. Kepalanya menoleh ke arah Kia. "Kia, tolong hubungi teman-teman bagian keamanan untuk segera ke lapangan, ya. Kakak ke atas nyusul Kak Alva," perintahnya yang segera diangguki Kia.

"Kamu kelas apa?" tanya Betha pada gadis tadi.

"Sepuluh E, Kak," jawabnya cepat.

Betha mengangguk. "Bisa tolong cari beberapa guru dulu? Biasanya guru-guru ada di ruangan kalau lomba masih berlangsung," pintanya yang lagi-lagi langsung diangguki.

"Makasih, ya. Kakak ke atas dulu," ucapnya kemudian beranjak cepat.

Guru-guru SMA Bangsa memang selalu menunggu di ruangan selagi lomba dilaksanakan, beberapa ikut berkontribusi sebagai juri jika dibutukan. Bahkan, guru-guru honorer biasanya tidak datang jika tidak ada kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan, setiap tahunnya acara-acara seperti ini diserahkan sepenuhnya kepada OSIS. Hitung-hitung melatih tanggung jawab dan kerja sama antar anggota OSIS.

Langkah Betha setengah berlari menaiki anak tangga hingga tanpa sadar menabrak tubuh seseorang.

"Eh, maaf," ujar orang yang ditabrak Betha secara spontan.

Betha mendongak menatap sosok yang tentu saja ia kenali. "Ngapain, Ta?" tanya Betha cepat.

Delta tersenyum. "Mau ke lapangan," jawabnya santai, "Kamu mau kemana?" tanya Delta balik.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang