SPECIAL PART 1.0 - BERKUNJUNG

665 102 45
                                    

Haiiiii! Kangen ALVABETH gaa? 😆

Aku kangen banget sama kaliaann! Maaf ya lama banget update special part-nyaa :( lagi" aku hectic di kampuss 😭

Okee so, selamat membacaaaa 💜💜

****

Hari ini adalah hari pembagian rapor. Gamma yakin 100% bahwa dirinya akan naik kelas, tapi tidak tahu bagaimana nasib nilai Kimianya.

"Gamma!" Panggilan dari seseorang menginterupsi obrolan Gamma dan Vivi. Kedua gadis itu spontan menoleh ke sumber suara dan Vivi spontan mencibir.

"Dia tuh memang duta gagal move on Indonesia atau lo memang ngangenin, sih?" sinis Vivi yang disambut gelak tawa santai dari Gamma.

"Kenapa, sih, bestie gue? Emosi terus bawaannya kalau lihat Kak Alva." Gamma mencolek dagu Vivi. "Aturannya gue yang emosi, 'kan gue yang mantannya."

"Hai," sapa Alva dengan senyum simpulnya setelah sampai di hadapan Gamma, "Vi, gue pinjam Gamma bentar, ya."

Vivi memutar bola matanya malas. "Sejujurnya gue nggak mau Gamma dekat-dekat lagi sama lo, Kak. Tapi, karena anak ini keras kepala dan terlalu baik, ya gue bisa apa."

Gamma melotot mendengar kejujuran Vivi kemudian terkekeh sambil geleng-geleng. Gadis itu kemudian beralih untuk menatap Alva. "Hai, Kak. Ada apa? Ngapain ke sekolah? 'Kan kemarin sudah wisuda," tanya Gamma beruntun.

"Iya, ngurusin beberapa plakat OSIS yang namanya masih salah. Terus tadi di TU diminta tolong sama Bu Yuni buat kasih ini ke Delta." Alva menyerahkan sebuah kotak beludru warna biru tua berisi plakat pada Gamma. "Tolong kasih ke Delta, ya," lanjutnya minta tolong.

Gamma menerima kotak tersebut lalu mengintip isinya. "Keren banget desain plakatnya," komentarnya lalu menunjukkan benda itu pada Vivi, "Kalau Gamma mau dapat plakat juga, harus ikut kegiatan apa, Vi?"

Vivi menatap Gamma heran lalu menggeleng. "Suka-suka lo, deh, Thea," balasnya pasrah. Jujur, dia selalu jadi tidak begitu senang jika melihat Alva masih saja mencari Gamma. Ya, meskipun alasan Alva menemui sahabatnya ini masih dapat diterima.

Alva terkekeh kemudian mengacak puncak kepala Gamma selagi gadis itu menutup kembali kotak plakat milik abangnya. "Yuk ikut OSIS. Golden ticket dari gue, nggak perlu ikut seleksi."

"Keren amat golden ticket jalur mantannya ketua OSIS." Gamma geleng-geleng takjub pada status yang baru saja dirinya sadari. Mantannya Geraldo Alvarendra – ketua OSIS yang sangat dikagumi di SMA Bangsa.

Alva terkekeh lagi. "Gimana hasil rapor lo?" tanya lelaki itu penasaran.

"Belum dibagi, tapi harusnya bagus, sih," jawab Gamma percaya diri, "Tapi, nggak tahu nilai Kimia sama Biologi," lanjutnya kontradiktif.

"Kalau nilai Kimia lo jelek, gue – sebagai guru les privat lo – kecewa, sih, Al," ujar Alva sok dramatis.

"Lebay lo, ah!" Seseorang dengan santai menepuk pundak Alva sebelum Gamma sempat menanggapi lagi. Lelaki itu kemudian duduk di samping Gamma, meletakkan sikunya di pundak gadis itu.

"Kangen gue nggak?" tanya lelaki yang gayanya masih saja slengean itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Omega.

Mata Gamma mengerjap tak percaya. "Kakak kapan pulang ke Indonesia? Sembarangan banget tiba-tiba hilang setelah sampai Malaysia. Kirain lupa sama Gamma!"

"Kalau kangen bilang."

"Malas!"

Omega terkekeh seraya mengalihkan pandangannya pada Alva. Dia menunjuk Gamma kemudian berkata dengan nada mengejek. "Lucu pacar lo."

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang