60 - PEMBELAAN

489 119 42
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Selamat membaca! 💜💜

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

Hari ini cukup menegangkan, karena seluruh siswa akan menghadapi pembagian rapor semester pertama. Para orang tua masih mengikuti pertemuan di aula sekolah. Maka dari itu, seluruh siswa menunggu di lorong atau kelas masing-masing.

Gamma tertawa hambar menanggapi ocehan Vivi soal pacarnya yang mendadak romantis kemarin. Padahal, selama ini pacar Vivi tergolong laki-laki dingin dan kaku. Kata Vivi, pasti pacarnya menyiapkan diri selama sebulan penuh agar kencan kemarin terlaksana seperti itu.

"Padahal, dia nggak romantis juga gue sayang."

Gamma tertawa lagi kemudian mendorong tubuh Vivi pelan. "Terserah lo ah," pasrahnya.

"Althea!" seruan seseorang membuyarkan tawa Gamma. Gadis itu sempat menghela napas sebelum memutar tubuhnya dan mendapati Alva yang sedang berjalan mendekat ke selasar lapangan.

"Your prince rajin ya sekarang. Makin sering dicariin aja lo," goda Vivi.

"Ish." Gamma bergidik tak acuh kemudian menatap Alva malas. "Kenapa?"

Alva tersenyum. "Nggak apa-apa. Memastikan aja lo udah di sekolah." Nyatanya memang tidak ada hal yang ingin Alva bicarakan.

Gamma memaksakan senyumnya. "Gamma baik-baik aja. Sepertinya sebentar lagi giliran Gamma dibagi rapor, jadi Gamma ke kelas dulu ya."

Alva tertegun. Gamma menghindar?

"Ayo, Vi." Gadis itu menarik lengan Vivi tanpa pamit lebih lanjut pada Alva.

****

Vivi mulai terseret seiring langkah Gamma yang semakin cepat. Dia menghentikan langkah mereka dengan paksa kemudian melepaskan pegangan Gama. "Kelas kita baru mulai bagi rapor setengah jam lagi, Gamma."

"Ya... Iya. Udah lah, menjauh aja dulu!"

Vivi mengernyitkan dahinya. "Kenapa lo sama Kak Alva?"

"Nggak apa-apa. Lagi nggak mood ketemu dia aja," jawab Gamma seadanya. Pandangannya mendadak lesu.

"Kalau lo nggak mood, nggak mungkin nggak ada apa-apa dong, Sayangku. Kenapa sih?" desak Vivi mulai panik. Ini sungguh bukan Gamma. Sahabatnya tidak pernah tidak bersemangat.

Gamma berdecak. "Kak Alva lagi ada masalah di rumah. Gamma nggak bisa cerita semua, tapi intinya kemarin ...." Gadis itu mulai menceritakan bagaimana akhirnya dia mengetahui bahwa Alva masih mencari Betha dalam masa-masa sulitnya. Bagaimana dirinya merasa Betha jauh lebih baik dan lebih dibutuhkan oleh Alva. Bagaimana dia merasa bahwa ini adalah titik lelahnya.

Vivi menghela napas sambil mengelus dadanya. "Sabar, Vivi," ocehnya menenangkan diri sendiri. Setelahnya dia kembali menatap Gamma. "Gue kira Kak Alva nembak lo itu karena udah benar-benar move on dari Kak Betha!" serunya menggebu.

Gamma menghela napas seraya menggeleng. "Sejak awal ngajak jadian, Kak Alva memang bilang bahwa dia masih belum bisa sepenuhnya melepaskan Kak Betha."

"Terus kenapa lo terima?"

"Gamma berusaha mengerti, Vi. Mungkin dengan adanya Gamma, Kak Alva akan move on secara perlahan. Gamma akan bantu Kak Alva membuktikan keseriusannya sama Gamma."

Vivi meringis sambil memejamkan matanya. Polos benar sahabatnya ini. "Gamma Sayang, dengar gue baik-baik." Gadis itu menarik napas panjang sekali. "Gue nggak terima lo dijadiin pelarian kayak gini. Dia boleh ketua OSIS, keren, dikagumi banyak orang, tapi nggak bisa mempermainkan orang seenaknya, apalagi sahabat gue!"

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang