64 - DONGENG TENGAH MALAM

431 107 24
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

FYI: Aku nulis part ini benar-benar kemarin banget! Hahaha. Bantu doakan tugas" aku biar berkurang, yuk, teman-teman, biar ALVABETH tetap menemani kalian! 😌✌ Karena daripada sibuk sama tugas, aku tetap lebih suka nulis! 😆


Anyway, selamat membaca! 💜💜


Instagram : @valentj8 & @hf.creations

***

Waktu menunjukkan pukul setengah satu dan Alva masih tidak tahu apa yang membuatnya terjaga. Alva akui dirinya memang night owl, alias orang yang lebih produktif di malam hari. Tapi, tidak ada yang perlu dikerjakan saat ini, seharusnya dia tidur saja.

Alva beralih dari gitar untuk mengambil ponselnya. Lelaki itu membuka aplikasi Instagram dan mulai membuka satu per satu story yang dibuat oleh orang-orang yang diikutinya. Sudut bibirnya kemudian terangkat saat melihat sebuah video singkat yang diunggah Gamma tiga jam yang lalu. Gadis itu tampak sedang menghamburkan salju ke atas yang alhasil mengenai dirinya sendiri. Dia tampak bahagia.

Alva putuskan merekam video tersebut dan mengunggahnya ulang. "Nggak tahu kenapa, tapi ini gemes banget. Have fun anak kecil! <3," ketiknya sebagai keterangan tambahan.

Video tadi baru saja terunggah saat Alva menyadari pintu kamarnya terbuka. "Bunda," panggilnya lirih setengah kaget saat melihat Bunda Nadia masuk. Lelaki itu menyimpan ponselnya dengan asal di atas kasur kemudian merapikan dua bantalnya yang berserakan di sudut kasur agar Bunda Nadia bisa duduk.

"Kenapa belum tidur, Sayang?" tanya Bunda Nadia lembut.

"Nggak bisa, Bunda. Nggak tahu kenapa." Alva mengangkat kedua bahunya. "Bunda sendiri, kenapa?" tanyanya balik.

Bunda Nadia menghela napas pelan. "Bunda dari toilet tadi terus lihat lampu kamar kamu masih nyala. Mungkin kita bisa bicara sebentar?"

Alva mengangguk. "Bicara apa, Bunda?"

"Tentang Ayah." Bunda Nadia tersenyum hangat. Senyum yang tidak pernah Alva mengerti, karena selalu terbit saat Bunda Nadia menyebut sosok yang membuatnya banyak tersakiti seperti sekarang.

Alva mengangguk sekali lagi. "Bunda masih nggak mau menggugat cerai ulang?" tanya Alva lirih. Dia yakin, ini saat yang tepat untuk membuktikan janjinya pada Cory. Ya, Alva akan bicara sekali lagi.

"Kamu jawab Bunda dengan jujur, ya." Alih-alih menjawab pertanyaan Alva, Bunda Nadia menatap putra satu-satunya itu dengan serius.

Alva membalas tatapan serius Bunda Nadia dengan tatapan bertanya, menunggu bundanya menyampaikan maksud sebenarnya.

"Kamu benci sama Ayah?"

Napas Alva mendadak tercekat. Alva pernah mendengar pertanyaan ini dari Betha dan tetap saja tubuhnya merespons dengan reaksi yang sama.

Alva menggeleng lemah. "Alva nggak benci sama Ayah, Bunda," jawabnya lirih.

"Jujur?" selidik Bunda Nadia memastikan.

"Jujur," jawab Alva lagi. Kini lebih yakin.

"Kenapa? Ayah layak untuk dibenci, 'kan?" tanya Bunda lebih dalam dan semakin serius.

Alva mengangguk. "Tapi, Ayah juga layak untuk disayang dan dirindukan," balasnya, "Mungkin selama ini Alva nggak pernah menunjukkan, tapi Alva juga sama kayak Cory dan mungkin Bunda. Alva juga masih butuh sosok Ayah. Ayah yang menyenangkan dan penyayang kalau sedang baik-baik saja."

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang