ALVABETH BY VALENT JOSETA
Pertanyaan pembuka hari ini: Apa nama kontak doi di ponsel kalian? Kalau kontak Betha di ponsel Alva sih ....
Baca aja ya. Happy reading!
Instagram : @valentj8 & @hf.creations
****
Terhitung sudah satu minggu Alva dan Betha berhasil melaksanakan misi yang mereka sebut "menjaga jarak". Jangankan berbicara, keduanya bahkan selalu berlagak tak saling kenal saat berpapasan. Entah benar tindakan seperti ini atau bukan yang keduanya maksud saat membuat kesepakatan malam itu. Sudah terhitung seminggu juga Leo dibuat kewalahan karena harus menjadi pengantar pesan untuk urusan OSIS.
"Gimana, Le? Maaf tadi di dalam berisik." Betha kembali menghubungi Leo saat ia sudah berdiri di kantin GOR.
Leo sendiri sedang survei tempat untuk kegiatan bakti sosial mereka minggu depan bersama Kia dan Sandrina. Berhubung hari ini Alva harus bertanding basket dan Betha memilih untuk menonton, jadilah semua urusan survei ditangani oleh Sandrina. Akan tetapi, tetap saja ada beberapa hal yang harus diputuskan atas persetujuan Betha sebagai ketua acara dan Alva sebagai ketua OSIS.
Leo menghela napas panjang. Ia mulai jengah karena Betha sudah menghabiskan 15 menit untuk sekadar menjawab telepon. Ya, gadis itu baru menjawab pada panggilan ke tujuh.
"Gue, Sandrina, Kia, dan Pak Mawan udah sampai di HOME dan udah ketemu sama pengurusnya juga. Secara garis besar, mereka adalah sukarelawan yang memberikan pendidikan non-formal dan karakter untuk anak-anak daerah Cilincing," jelas Leo sebagai pembukaan.
Betha mengangguk paham. "Terus?"
"Pengurus di sini mau kita berbagi pengalaman dan pengetahuan juga. Semacam guru les khusus di hari baksos nanti. Jadi, lo sama Alva harus bentuk tim pengajar. Bisa?"
"Iya. Gue usahakan ngomong sama Alva setelah pertandingan. Ada lagi?" Betha mengembuskan napasnya pelan. Bola matanya berputar malas. Keadaan selalu memaksanya untuk berkomunikasi dengan Alva.
Leo menggeleng. "Nggak ada. Sisanya Sandrina bisa handle."
Betha memutar bola mata malas lagi untuk kedua kalinya. Sandrina memang selalu menyelesaikan tugasnya di OSIS dengan sangat baik. Bahkan kini gadis itu juga yang memegang kendali tugas Betha.
"Oke, gue balik ke dalam dulu, ya," pamit Betha, "Makasih, Le." Sambungan telepon kemudian diputuskan sepihak.
Leo menghela napas lagi berusaha sabar. Ini sungguh bukan Betha dan Alva yang dia kenal. Ia kembali melangkah ke dalam rumah para pengurus HOME untuk bergabung dengan Sandrina, Kia, dan Pak Mawan.
"Gimana? Betha setuju?" tanya Sandrina ketika Leo sudah duduk di sebelahnya.
Lelaki itu mengangguk lesu. "Setuju," jawabnya singkat.
"Ya harus setuju. Masa mau melepas tanggung jawab untuk kedua kalinya," sindir Sandrina halus.
"Mungkin Betha punya urusan lain selain nonton pertandingan. Kita nggak perlu menghakimi," balas Leo berusaha positif. Meskipun Leo juga cukup kesal dengan keputusan Betha untuk tidak ikut survei, Leo tidak suka sahabatnya dipandang buruk. Lagi pula, Betha sudah memastikan semua outline kegiatan yang perlu dijelaskan pada pihak pengurus HOME tersusun. Mereka bertiga tinggal menjalankan saja.
Sandrina tersenyum miring. "Kalau Alva, gue bisa ngerti, Le, tapi Betha 'kan seharusnya tahu prioritas. Dia ketua acara loh," sahutnya masih tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVABETH
Teen Fiction"Lo anak IPA, belajar Fisika, 'kan? Selamanya akan selalu ada Betha di antara Alva dan Gamma." **** Kata orang, jatuh cinta itu harus siap sakit hati dan melepaskan. Hal itu dialami oleh Alva, lelaki cuek dengan jiwa kepemimpinan tinggi dan berbagai...