85 - BAHAGIA DULU

458 95 25
                                    

Haaaiii, i'm backkk! 😆✌

Nih, yang kemarin minta Delta-Sandrina lagi aku kabulkann 😌

Selamat membacaaa! 💜💜

****

Delta memasuki kelasnya dengan tampang datar. Salah satu teman perempuannya yang kebetulan sedang berada di dekat pintu masuk menyapa dan dijawab dengan senyum tipis serta anggukan oleh lelaki itu.

"Pagi," sapa Delta tanpa nada dan ekspresi saat melewati kursi tempat Sandrina sibuk dengan catatan OSIS-nya.

Sandrina yang merasa sapaan itu untuknya menoleh lalu memutar tubuhnya menghadap ke meja belakang. "Itu tadi sapaan buat gue?" Gadis itu mengangkat satu alisnya.

Delta mengangkat kedua bahunya acuh. "Ya, kalau lo merasa disapa, boleh-boleh aja."

Sandrina memutar bola matanya malas, tapi sudut bibirnya terangkat. "Selamat pagi, Delta," sapanya lebih ceria – setidaknya lebih ceria dibandingkan Delta.

Delta menarik senyumnya tipis. "Lagi ngapain lo?'

"OSIS," jawabnya singkat sambil memindahkan kertas catatannya ke meja Delta.

"Hari ini rapat?" Delta mengangkat alisnya heran. Setahunya Betha hari ini akan mengikuti jadwal les yang sama dengannya.

"Nggak. Gue harus kasih laporan ke Alva hari ini. Tiga hari lagi 'kan pemilihan ketua OSIS baru."

Delta manggut-manggut tanpa merespons lebih lanjut.

"Udah sarapan, Ta?"

Delta mendongak menatap Sandrina bingung. "Nanya gue?"

"Siapa lagi, dong," sewot Sandrina sambil mengembuskan napasnya.

"Oh. Belum, sih."

"Sama."

"Sarapan, yuk?"

Giliran Sandrina yang mendongak dan menatap Delta bingung. "Ngajak gue?"

Delta mengangguk polos. "Bel masih lama, 'kan?"

Sandrina mengangguk juga. Dia menyelesaikan beberapa kalimat-kalimat terakhir di laporannya kemudian merapikan dan mengembalikan kertas-kertas itu ke mejanya. Dia kemudian berdiri dan mengangguk sekali. "Yuk," ajaknya.

Delta ikut berdiri kemudian menunggu Sandrina melangkah duluan. Mereka berjalan beriringan menuju kantin.

"Kita random banget ya dipikir-pikir?" celetuk Sandrina.

Delta menoleh. "Iya, apa coba tiba-tiba ngajak sarapan bareng?"

"Lah? Kan lo yang ngajak."

"Iya, 'kan gue yang nggak menyalahkan lo, cuma bilang kita random."

"Oh, iya juga."

Delta menggeleng maklum, sudah mulai terbiasa dengan sifat Sandrina yang memang kadang – atau selalu – tidak mau kalah.

Mereka sampai di kantin kemudian memesan makanan masing-masing dan kembali bertemu di salah satu meja tidak jauh dari tangga.

"Ta," panggil Sandrina setelah memasukkan sepotong siomay ke dalam mulutnya.

"Hm?"

Sandrina menelan makanan di mulutnya sebelum lanjut bertanya. "Kalau gue lihat-lihat, lo tuh tenang banget orangnya. Kok bisa sih?"

"Gue nggak merasa setenang itu, sih, sejujurnya. Gue juga ambisius kayak lo."

"Beda," sanggah Sandrina cepat, "Lo tipe orang yang bisa banget ngalah. Buat gue sebagai cewek yang kadang pengennya dimengerti, lo tuh orang yang selalu bisa melakukan itu di waktu yang tepat. Lo sangat peka dan pengertian."

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang