46 - MIMPI

550 119 54
                                    

ALVABETH BY VALENT JOSETA

Happy reading!

Instagram : @valentj8 & @hf.creations

****

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Betha berdecak kagum saat memandang sebuah gedung megah bertingkat di hadapannya. Dia sampai harus mendongak untuk bisa membaca satu persatu tulisan yang berarti sama di setiap tingkatan gedung. Sudut bibirnya mendadak terangkat setelah kakinya menginjak halaman gedung ini. Padahal, sejak berangkat dari sekolah tadi, Betha hanya diam dalam kesalnya.

"Berterima kasih 'kan lo sekarang." Delta memandangi senyum kagum gadis di sampingnya. Kemarin Betha sempat membatalkan janji mereka untuk pergi sepulang sekolah. Katanya, ujian selama satu minggu sudah sangat menguras tenaganya dan dia butuh istirahat.

Betha menoleh lalu melempar cengirannya. "Terima kasih, Delta," ucap Betha setengah tulus.

Delta terkekeh sambil menggeleng singkat. "Ayo, masuk," ajaknya lalu melangkah mendahului Betha.

Mereka memasuki gedung Perpustakaan Nasional yang ternyata megah luar dalam. Delta mengajak Betha mendaftar keanggotaan terlebih dahulu sebelum naik ke lantai 21. Betha lagi-lagi harus berdecak kagum saat melihat puluhan rak dengan ribuan bahkan jutaan buku yang ditata rapi.

"Lo sering kesini?" tanya Betha di sela-sela kesibukannya menoleh kanan-kiri, mengagumi perpustakaan nasional.

Delta menoleh, menatap Betha sebentar sebelum pandangannya lanjut menyusuri rak buku. "Lumayan. Biasanya gue sempatkan kalau nggak ada latihan basket."

"Kenapa baru ajak gue sekarang?" Nada bicara Betha lebih terdengar menghakimi sekarang. "Gue mau kesini dari dulu, tapi nggak ada teman," lanjutnya bercerita.

Delta terkekeh lagi. "Gue kira lo nggak mau," balasnya tanpa beban.

Lucunya, Betha manggut-manggut saja menerima. "Pacar lo dulu sering diajak kesini juga?" tebaknya asal.

Delta spontan tertawa. "Pacar mana? Punya aja nggak pernah."

"Serius? Seorang Delta nggak pernah punya pacar satu pun?" sahut Betha tak santai. Mungkin dia lupa ini perpustakaan.

Tawa Delta semakin menjadi. Ya, walaupun tidak mengeluarkan suara. Dia sempatkan mengacak puncak kepala Betha. Kemudian dirinya memberi peringatan dengan isyarat agar Betha menahan volume suaranya.

"Kenapa lo nggak percaya banget kalau gue nggak pernah punya pacar?"

Gadis itu malah menggeleng polos. "Serius?" tanyanya ulang.

Delta mengangguk kemudian mengambil satu buku dari rak di sebelah kanan. "Kalau lo mau tahu, lo adalah cewek pertama yang berhasil bikin gue berani kayak gini," jelasnya santai.

"Tapi, lo pernah suka sama cewek sebelumnya?" Betha masih penasaran.

Delta menyimpan kembali buku dalam pegangannya lalu mengangguk. "Pernah, waktu SD."

"Terserah," balas Betha acuh sambil geleng-geleng. Tapi, bisa dipastikan sudut bibirnya terangkat dan wajahnya sedikit merona sekarang, karena gadis itu jadi menatap ke arah berlainan.

"Lo mau baca buku apa?" Delta memilih mengalihkan topik. Sisa-sisa tawanya masih belum pudar. Ternyata, membuat Betha salah tingkah menyenangkan juga, pantas Alva suka melakukannya. Tapi, jika dilanjutkan sekarang, bisa-bisa gadis itu merajuk.

ALVABETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang