Meera memandang jendela mobil yang tengah melaju, dia duduk sendirian di kursi penumpang belakang supir. Sejenak merasakan ada sesuatu keras di ujung high heels nya. Kemudian mengambil benda itu ternyata map berwarna merah.
"Sepertinya ini diperlukan Alex, tadi dia terlihat terburu-buru mau meeting penting katanya." Batin Meera
"Pak, tolong putar balik ke kantor Alex ya."
Supir pun mengangguk "Baik non."
Tadinya Alex tengah menemani Meera di klinik kecantikan yang akan dikelolanya. Tapi mendadak mendapat telepon langsung buru-buru ke kantor.
Tiba di Lobby kantor, setelah bertanya pada receptionist di mana letak ruangan Alex. Wanita mengenakan baju warna biru itu pun berjalan ke arah lift, tak menghiraukan banyak pasang mata yang memperhatikan langkahnya.
"Itu siapa?"
"Tak mungkin karyawan baru"
"Pacar Bos Alex ya?"
"Tak mungkin lah pacar Bos."
Meera memutar bola matanya, jengah mendengar suara karyawan kantor Alex yang penasaran akan dirinya. Setelah sampai di lantai ruangan Alex, hal serupa masih saja didengarnya.
Meera melangkah ke ruangan yang bertuliskan CEO, anehnya tampak sepi di depan ruangan itu. "Dimana sekretaris Alex?" Batinnya saat melihat meja dengan tulisan sekretaris. "Oiya ini kan jam makan siang" pikirnya.Pintu ruangan itu menyisakan sedikit celah, Meera bisa melihat ke dalam dari celah itu.
Seketika Meera berbalik dengan langkah yang cepat, entah apa yang dilihatnya. Matanya berkaca berusaha menahan agar tidak menangis.***
Di tepi kolam renang, bahu seorang perempuan tampak bergetar. Meera menangis sesegukan, mengingat kejadian yang dilihatnya tadi.
"Bodoh Meera, kau menganggap Alex masih menyimpan rasa untukmu. Ternyata dia hanya mempermainkanmu." Umpat Meera sambil mengelap air matanya.
Meera melihat Alex di ruangannya, duduk di kursi kebesarannya dan memangku seorang perempuan. Siapa dia tidaklah penting lagi bagi Meera, yang disesalkan nya kenapa Alex bersikap manis padanya sementara ada perempuan lain diantara mereka.
***
Pagi hari Alex sudah berpenampilan rapi, pagi ini ada meeting jam delapan. Tapi anehnya dia tak melihat Meera. Alex mengetuk pintu kamar Meera, tapi tak ada suara. Dia ingat semalam pulang larut jadi tak bisa bertemu Meera.
"Non Meera sudah pergi dari tadi pagi Tuan." Ucap Bi Nuri menghampiri Alex.
"Ha !! Pergi kemana Bi?" Tanya Alex nada suara dikeraskan.
"Saya tidak tau Tuan, Non Meera nggak bilang apa-apa tadi."
Wajah Alex memerah, rahangnya mengeras, sambil mengacak rambutnya. Alex berdiri di depan pintu rumahnya sambil sibuk menelepon seseorang.
"Aku tak mau tau cari dia sampai dapat" bentak Alex, lalu mematikan sambungan teleponnya.
Sementara dibelakangnya terlihat beberapa pria berbadan tegap berpakaian serba hitam.
"Cepat kalian cari juga." Perintah Alex.
Bodyguardnya mengangangguk dan langsung berpencar.
***
Disisi lain, wanita cantik duduk di batu besar dengan tenang menatap ke arah ombak laut biru yang menghantam kakinya berulang ulang. Pantai tempat yang tepat untuk menenangkan diri.
"Berulang kali aku melihat Darel dengan perempuan lain walaupun aku percaya dia tak mungkin selingkuh, tapi aku biasa saja. Tak sesakit ini. Kenapa malah Alex membuatku hancur seperti saat dia meninggalkanku dulu" Batin Meera tengah berperang melawan hatinya, bertanya hal yang tak bisa dia jelaskan.
Meera merasa ada tangan seseorang memegang pundaknya. Sekilas Meera menoleh, ya siapa lagi kalau bukan si biang masalah.
"Baby, kenapa disini sendiri?"
"Kamu ada masalah?"
Tak ada jawaban dari Meera.
Alex duduk disebelahnya, menatap wanita itu nyaris tanpa berkedip. Malah Meera seolah tak melihat ada laki laki tampan yang memandanginya.
Dipegangnya dagu Meera untuk beralih ke arah Alex.
"Hei, aku bertanya Ami, kamu ada masalah?" Tanya nya lembut.
Meera menggeleng pelan.
"Lalu kenapa kemari sendirian?, berbahaya wanita cantik sepertimu sendiri di pantai ini."
Meera masih bungkam.
"Nanti kalau kamu diculik, orang itu minta tebusan, aku yang rugi" ucap Alex menggoda Meera.
Percuma, Meera tak menjawabnya.
"Apa karna pria yang bersamamu tujuh tahun itu? Dia mengecewakanmu?"
"Aku mau pulang" Meera akhirnya membuka suara dan langsung berdiri.
Alex ingin menggenggam tangannya tapi ditepis duluan.
Meera berjalan pergi lebih dulu. Banyak menimbulkan pertanyaan di kepala Alex.
Tbc,,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameera
ChickLitJanji yang tak boleh ingkar tapi kamu menghilang, bagaimana aku menagih janjimu? Jika cinta hanya tentang bagaimana kita berjuang, lantas apakah kamu pantas ku pertahankan? Tak perlu kamu banyak bicara kalau hanya membuat luka Aku memiliki sebuah pr...