Darel menatap jendela kamarnya, pagi ini pria itu telah bersiap untuk acara workshop hari kedua. Darel masih ingat saat kemarin dia melihat Meera di ballroom hotel, bagaimana gadis itu tersenyum, berjalan dengan anggun ke podium. Darel tak menyangka gadisnya bisa menjadi seorang direktur rumah sakit besar. Ada rasa bangga dihatinya melihat Meera yang banyak berubah semakin cantik dengan aura kepemimpinan gadis manjanya itu.
*Flashback*
Seorang pria mata berwarna abu abu, lengkap dengan sneli menggantung di bahunya. Darel duduk disalah satu kursi ballroom hotel bersama puluhan dokter lainnya perwakilan dari seluruh cabang Varo hospital. Darel mewakili Varo hospital cabang Jakarta, entah kebetulan atau jodoh pria itu melihat gadis yang dirindukannya.
Seorang wanita dengan dress selutut berwarna hijau gelap dipadukan sneli yang pas ditubuhnya. Rambutnya di blow terurai indah, dengan mata sewarna caramelnya menatap tajam seisi Ballroom. Seketika semua orang disana berdiri menyambut kedatangannya, diikuti seorang wanita yang diduga asistennya dan dua orang pria berpenampilan serba hitam berbadan kekar.
Wanita itu duduk diantara para petinggi rumah sakit, sangat terlihat meskipun usianya paling muda diantara yang lain tapi mereka menghormatinya layaknya atasan mereka.
"Apa jabatan Meera sebenarnya? Kenapa dia tidak pernah jujur kalau bekerja dibali?" Batin Darel bertanya-tanya.
Hingga akhirnya pembawa acara mempersilahkan direktur Varo hospital memberi kata sambutan. Darel terbelalak tidak percaya, gadisnya yang manja kini seorang direktur. Apa karna ini Meera menjauhinya, mereka sudah tidak sederajat. Darel hanya dokter umum biasa meskipun pewaris tunggal kekayaan orang tuanya. Darel sengaja ikut workshop ini karena ingin menemui Meera tapi tidak menyangka bahwa gadisnya menjabat sebagai direktur rumah sakit.
Sejak pagi, Darel berusaha mendekati Meera tapi selalu gagal. Apalagi dua bodyguardnya tidak memberikan izin pria manapun mendekatinya.
"Itu terlalu berlebihan untuk seorang direktur" Batin Darel.
Saat bodyguardnya sudah tidak berada di sekitar Meera barulah Darel bisa mendekati gadisnya, mengikutinya menuju lift.
*Flashback off*
Alex bersantai di balkon kamar hotelnya, khusus kamarnya terdapat di lantai tertinggi Vameera Hotel. Dirinya akan terus menginap di hotel sampai acara work shop selesai. Pikiran Alex terus menerawang pada Meera. Bagaimana melihat Darel begitu mencintai Meera, membuat hatinya memanas. Apalagi kini Ameera lagi sibuk d ballroom hotel mengikuti acara itu.
"Siang bos, saya mau mengingatkan nanti sore kita ada ada meeting di resto bawah."
"Duduk sini sebentar Win. Saya mau minta saran."
Edwin pun melangkah duduk di kursi sebelah Alex. "Saran apa ya bos?"
"Semalam kau lihat kan bagaimana Meera pingsan di pelukan si kucing Darel sialan itu?" Tanpa sadar Alex mengepalkan tangannya.
Edwin menahan tawa mendengar kata kucing, namun tak berani menggoda bos nya karena kini sedang cemburu. "Iya saya liat bos. Kenapa?"
"Menurutmu apa aku harus memisahkan mereka?" Kali ini Alex menatap Edwin dengan wajah yang masih datar.
"Menurut saya tidak perlu, karena Nona Meera mencintai bos dan memilih bos bahkan kalian mau menikah."
"Darimana kamu yakin dia mencintaiku? Jika mereka sudah pacaran selama tujuh tahun?" Alex mengernyitkan dahi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameera
ChickLitJanji yang tak boleh ingkar tapi kamu menghilang, bagaimana aku menagih janjimu? Jika cinta hanya tentang bagaimana kita berjuang, lantas apakah kamu pantas ku pertahankan? Tak perlu kamu banyak bicara kalau hanya membuat luka Aku memiliki sebuah pr...