13...Parfum yang sama

330 20 0
                                    

Sinar matahari membangunkan seorang wanita karena cahaya nya tepat di wajah cantiknya masuk melalui jendela kamar sebuah apartemen. Meera  menyipitkan matanya, meraih ponselnya di nakas sebelah tempat tidur.

"Masih pukul 06.30" batinnya. Melihat keadaan sekitar, "ini bukan kamarku. Lalu aku dimana?" Tanya nya penasaran. Kemudian membuka selimut, lega karena masih berpakaian lengkap.

"Sudah Bangun Ra?"

"Karin?" Tanya Meera mengernyitkan dahinya seraya berpikir.

"Iya, ini kan apartement gue, lo lupa?" Karin tersenyum.

"Ohh iya, gue kira dimana." Meera memijat pelipisnya pelan.

Karin melangkah duduk di pinggir tempat tidur meraih tangan Meera.

"Ada yang mau kamu ceritakan Meera? Semalam kamu mengigau memanggil nama Bos Alex terus menerus."

Seketika mata Meera membulat seolah tak percaya. "Tak ada yang penting Karin."

"Ya sudah kamu mandi ya, kita ada rapat penting di Varo hospital."

***

Alex duduk di tepi kolam renang, matanya menatap laut biru dihadapannya. Teringat kejadian semalam membuatnya tak bisa tidur. Alex lega Karin yang menemukan Meera dan membawanya ke apartement asistennya itu. Tapi tetap saja pasti Meera enggan bertemu dengannya.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang, minta maaf atau apa." Tanya Alex pada dirinya sendiri. Sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Alex sangat takut Meera membencinya saat ini.

"Maaf Bos, saya boleh masuk kamar Nona Meera?" Tanya Edwin yang datang tib-tiba.

"Untuk apa?"

"Tadi Karin meminta saya mengambilkan jas dokter Nona Meera, ada rapat penting pagi ini di Varo hospital."

Alex terdiam, melangkah ke kamar Meera.

***

Di lantai teratas Varo Hospital, dimana letak ruangan para pentinggi rumah sakit swasta ini. Meera terdiam duduk di kursi kebesarannya. Pikirannya jauh melayang saat 12 tahun yang lalu.

Seorang gadis kecil menangis sesegukan di ayunan sebuah taman. Gadis yang tak merelakan cinta pertamanya pergi jauh meninggalkannya.

"Ami? Kamu jangan sedih cantik."

"Bagaimana bisa aku ga sedih kalau kamu ga ada lagi disini."

"Aku masih ada di hati kamu kok. Aku janji bakal balik lagi nemuin kamu suatu hari nanti." Sambil memakaikan sebuah kalung dengan permata merah dan dikelilingi kristal yang mempermanis tampilannya.

"Apa maksudnya ini?"

"Aku berjanji akan datang lagi dengan membawa cincin untuk melamarmu, sementara ini kalung turun temurun punya mamaku jadi jaminanya."

"Kamu janji ya Lex."

"Janji Amiku. Tunggu aku kembali ya. Maaf aku harus ikut orang tuaku pindah ke luar kota." Perlahan laki-laki yang kurus cungkring itu menjauhi melangkah menjauhi Meera.

"Aleex!!" teriak gadis manis betubuh mungil, pipinya basah dengan air matanya.

"Alex!" Seketika Meera menyebut nama itu dengan keras tanpa disadarinya.

"Baby? Kamu memanggilku? Kamu memikirkanku?" Tiba tiba Alex mendekati Meera entah sejak kapan Alex berada di ruangannya.

Meera gelagapan karena tertangkap basah menyebut nama Alex. Memutar bola matanya.

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang