36...maunya aku?

239 8 0
                                    

Rahang Darel menegas, mengerat, dengan tatapan tajamnya menyirat kemarahan. "Bangsat!! Apakah kalian pernah melakukannya juga?" Meera menggeleng di pelukan Darel.

"Kami hanya sebatas berciuman dan tidur bersama tidak lebih." Darel lega mendengarnya.

"Dia bersikap seolah tanpa dosa, padahal sepertinya dia tau hal ini. Dia bilang tiga hari ini dia sibuk mengurus sesuatu. Aku rasa dia mengurus hal ini."

Tangan Darel mengepal kuat. "Kita ke Jakarta hari ini juga."

"Aku gak bisa Rel, aku masih terikst kontrak tiga tahun."

"Aku yang bayar semua dendanya."

"Aku tidak mau menyusahkanmu lagi."

"Lalu?"

"Untuk saat ini aku bingung, aku mencintainya Darel." Sesak, itulah yang dirasakan Darel mendengar kejujuran Meera.

"Kita bisa memulai semuanya dari awal, aku akan bersabar menunggu cinta itu kembali untukku lagi sayang." Darel bersuara lirih. Hatinya sakit menerima kenyataan gadisnya tak mencintainya lagi.

"Aku tak mau menyakitimu. Cukup sejauh ini aku menyakitimu Darel."

***

Pagi hari Alex telah bersiap pergi ke kantor. Pria itu teringat semalam saat pulang larut malam pria itu mengecek kamar Meera sudah terkunci. Seharian dia sibuk tidak sempat mengabari gadisnya. Pagi ini Alex akan menebusnya dengan sarapan bersama.

Alex mengetuk pintu kamar Meera namun tak kunjung ada jawaban. Lalu Alex membuka kamar itu dan tidak menemukan siapapun disana, apalagi melihat walking closet Meera yang telah kosong.

Pikiran Alex melayang jauh memikirkan Meera yang pergi meninggalkannya. Pria itu memanggil seluruh orang yang ada di rumahnya tapi tak ada yang melihat Meera pergi.

Alex mengacak rambutnya frustasi, ia menyesal tidak mengawasi Meera dengan para bodyguardnya semenjak Jeremi ditangkap.

Setelah Alex memeriksa cctv melihat Meera pergi jam tiga pagi dengan membawa beberapa koper, Alex langsung menyuruh semua bodyguardnya untuk mencari keberadaan gadisnya.

Alex memanggil Karin, mana tau wanita itu tau keberadaan Meera. Tak lama Karin dan Edwin menemui Alex di rumahnya.

"Apa Meera bercerita akan pergi?" Suara bariton itu terdengar tidak bersahabat.

"Tidak bos, kemarin Nona Meera pulang dari Alv Florist katanya kurang enak badan."

Alex menatap Karin yang berdiri di samping kursinya. "Dia sakit?"

"Saya kurang tau bos tapi sebelumnya saya mendengar Nona Meera berteriak di dalam ruangannya."

"Ada masalah apa?" Wajah Alex terlihat khawatir, baru saja satu hari dia mengabaikan Meera tapi malah gadis itu langsung meninggalkannya.

Apakah dia marah?

"Waktu itu saya sedang keluar membeli perlengkapan untuk Alv Florist, tapi kata salah satu karyawan ada seorang pria yang menemuinya."

Alex berdiri dengan amarah sudah memuncak. "Siapa?!"

"Maaf bos, saya sudah cek cctv tapi kebetulan rusak sudah dua hari. Baru hari ini akan diperbaiki."

"Karin!! Kenapa bisa cctv rusak kau biarkan!"

Karin seketika menunduk badannya bergetar takut. "Ma-af bos, sa-ya sa-lah."

"Shiit!!! Sudahlah! Kalian pergi cari Meera sampai ketemu."

Alex pergi mencari Meera tidak tentu arah. Berapa kali memukul setir mobilnya dengan keras meluapkan semua emosinya.

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang