39...Panas

419 12 0
                                    

Darel telah mencari Meera sejak dua jam yang lalu. Gadisnya menghilang begitu saja sesaat pulang dari Varo Hospital. Pria itu sudah bertanya pada Karin, tapi percuma karena asisten Meera itu tak mengetahui keberadaan bosnya. Dengan peluh di dahi dan kemeja yang basah akibat kringat Darel masih berusaha mencari gadisnya. Perasaannya saat ini sangat cemas, Meera membatalkan dinnernya sepihak tanpa pesan apapun. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi, Pria itu meminta bantuan pada Gio.

Sesaat Darel teringat sesuatu yang pernah Meera ceritakan. Hotel seseorang yang sangat menginginkan gadis itu menjadi kekasihnya. Jeremi, ya pria itu pasti dalang dibalik ini semua. Pikiran Darel sesuai dengan bertepatan hilangnya  Meera.

Darel ditemani Gio segera menuju hotel yang dimaksud. Setelah tiba di tujuan, Darel berusaha mencari informasi tapi bodohnya tidak mungkin Jeremi membiarkan anak buahnya memberikan informasi tentang Meera.

drrttt...drrtt

Ponsel Darel berdering.
"Hallo?"

"..."

"Oke, saya segera ke sana." Darel memutus panggilan itu.

"Gimana Rel? Ada kabar?"

"Ayo masuk mobil cepat." Darel berlari ke arah pintu pengemudi diikuti Gio di kursi penumpang. Darel melajukan mobilnya seperti sedang di sirkuit.

***

Disebuah ruangan mewah itu terdapat ranjang king size, dilengkapi dengan lukisan dan perabotan barang antik di sekelilingnya. Seorang gadis duduk di sofa sisi ruangan dengan menggerakan kakinya tak terkendali. Rasa panas yang tak dimengertinya menjalar keseluruh tubuh. Membuatnya ingin membuka seluruh pakaiannya.

"Hai Cantik. Apakah kamu Merindukan Aku?" Tanya Pria itu dengan senyum devilnya.

"Bagaimana bisa? Bukannya kau-"

"Dikurung? Itu maksudmu kan? Kau pikir Alex sialan itu bisa menghalangiku mendapatkanmu sayang?" Jeremi tersenyum miring.

"Sampai kapanpun kau takkan bisa mendapatkan aku brengsek !!" Teriak Meera, sambil berusaha menahan rasa panas yang menjalar di tubuhnya.

Jeremi berjalan mendekati Meera dengan langkah sangat perlahan. "Apa kamu perlu bantuanku sayang?" Lagi-lagi Jeremi tersenyum penuh kemenangan.

"Stop! Jangan mendekat ! Apa yang kau lakukan padaku brengsek?" Meera memegangi kerah kemejanya. Nafasnya memburu, kulitnya yang putih berubah menjadi merah menahan sesuatu di tubuhnya. "Shitt!! Obat perangsang, kapan aku meminumnya." Batin Meera

"Kita lihat sampai kapan kamu tahan untuk tidak melepas pakaianmu sayang. Aku tidak akan memaksa, kamu pasti merengek di hadapanku untuk disentuh sebentar lagi."

"Dalam mimpimu bajingan! Kau memberiku obat perangsang!! Sial!! Awas kau!!" Meera teriak, hingga suaranya serak, kakinya merapat dibalik rok selututnya, kemeja biru bergarisnya sudah keluar dari rok nya. Tangannya menggosok lengan dan lehernya kasar.

"Tahan Meera, jangan sampai kau menyerah dengan bajingan ini." Batin Meera, sembari menahan desahannya.

Jeremi masih berdiri ditempatnya, dengan kedua tangannya di saku celana. Menikmati pemandangan yang selama ini ditunggunya. Apapun yang terjadi Jeremi tak akan menyentuh sebelum Meera yang memintanya. "Kamu cantik sayang, ini akan menjadi malam panjang kita berdua. Tanpa ada pengganggu lagi."

Meera melirik ke setiap sudut ruangan. Dia berdiri dan berjalan mendekati Jeremi yang masih tetap tersenyum.

"Kemarilah sayang, aku akan membuatmu puas malam ini." Jeremi mengedipkan sebelah matanya.

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang