34...Posesif huh!

303 10 0
                                    

"Maaf Al, aku takut kamu marah."

"Aku tak akan marah jika kamu jujur. Malah aku senang hati membatu kucing itu." Nafas Alex memburu, matanya mengintimidasi Meera.

Meera duduk dan meraih tangan Alex. "Aku minta maaf sayang hiks hiks hiks. Aku hanya menjaga perasaanmu hiks." Meera terisak.

Alex duduk disebelah Meera. Merengkuh gadis itu, mengelus punggungnya lembut. "Baby jangan nangis, maaf aku kasar sama kamu."

Meera semakin terisak hingga bahunya bergetar. "Baby maaf sayang maaf." Bujuk Alex.

"Aku merasa bersalah Al, sejak dulu Darel gak pernah minum alkohol tapi karena aku malah dia mabuk seperti tadi. Aku kasihan padanya Al tapi tak bisa berbuat apapun karena aku cinta sama kamu."

Alex melepas pelukannya. "Besok kamu pergi temui dia, jelaskan semuanya agar dia mengerti. Aku tak akan marah padamu lagi Baby. Maaf aku cemburu." Alex tersenyum tipis.

"Aku sangat takut kamu berubah pikiran." Batin Alex

"Benarkah?? Aku boleh bertemu dia?" Meera seolah tak percaya.

"Iya Baby, apapun agar kamu bahagia."

***

Meera mengetukkan jarinya pelan di meja makan restaurant hotel. Menunggu seseorang yang telah diundangnya dinner.

"Meera? Aku boleh duduk?"

Seketika Meera mengangkat kepalanya melihat tubuh tinggi menjulang tersenyum dihadapannya. "Iya, silahkan Darel."

"Kamu masih cantik seperti biasanya." Darel menyunggingkan senyumnya.

"Sudah jangan menggodaku lagi, aku ajak kamu kemari untuk menjelaskan hal penting."

"Masalah calon suami kamu?" Tanya pria itu dengan wajah datar.

"Iya, sebenarnya memang aku sudah menerima lamaran Alex, tapi karena dia kecelakaan seminggu yang lalu, kami belum sempat memberi tau orang tuaku."
Meera menjelaskan dengan nada rendahnya.

"Jadi apa alasan kamu tidak jujur tentang hubungan kita pada orang tuamu?" Kali ini Darel menatap tajam pada Meera.

"A-ak-ku hmm aku hanya tak mau mereka kepikiran. Ya mereka taunya kita masih pacaran." Meera menundukan kepalanya.

"Nyatanya kamu blokir smua kontak aku kan?" Darel tersenyum Miring.

"Iya maaf, aku tak ingin kamu berharap lagi. Karena hubungan kita sudah tak bisa diperbaiki." Gadis itu menatap wajah dingin di hadapannya, terlihat rahang Darel mengeras, tak ada lagi senyum diwajah pria yang biasanya ramah itu.

"Karena Alex?"

"Bukan juga, sebelum aku bertemu lagi dengannya memang hubungan kita sudah usai Darel."

"Secepat itukah Meera? Kamu lupa semua yang kita lalui tujuh tahun ini?" Kini Darel beranjak dari kursinya berpindah duduk disebelah Meera meraih jemari tangan gadis kesayangannya.

"Aku tau aku salah, aku minta maaf."

"Aku sudah datang ke rumahmu bersama orang tuaku, mereka setuju kita menikah. Lamaran aku diterima sayang." Pria itu menekan setiap kata ucapannya. Terlihat begitu mengharapkan gadisnya berubah pikiran.

Meera menarik nafasnya pelan, menghembuskannya lagi. Menatap iris abu yang dulu jadi kesukaannya.
"Maaf Darel, aku sudah menentukan Alex jadi suamiku."

"Dia baru kamu kenal Meera, bagaimana kamu bisa yakin? Aku tak banyak tau dia, tapi lingkungannya terlalu bahaya buat kamu. Kembalilah untukku sayang. Aku mohon."

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang