35...Hamil

391 9 0
                                    

"Posesif huh." Darel menatap Meera tajam.

"Namanya juga sayang." Balas Meera.

"Kalian lanjutkan urusan yang belum tuntas, gue ambil minum dulu. Ingat Rel jangan diculik, ntar gue yang dibunuh Alex."

Darel hanya tersenyum miring. "Kamu bahagia terkekang begitu?"

"Jangan sok tau"

"Ngaku aja."

"Dia cuma takut kehilangan aku lagi."

"Dia yang ninggalin kamu. Trus muncul ditengah kita."

"Sudahlah jangan bahas masalalu Darel. Aku mau kita berteman."

"Kamu tau aku masih sayang dan cinta sama kamu? Aku akan tetap di Bali smpai waktu belum ditentukan."

Meera terperangah "Kamu ngapain disini? Jagan aneh-aneh."

"Aku mau kamu liat perjuangan aku yang terakhir."

"Kamu masih mau membahas ini?"

Darel meraih pipi Meera, menatapnya sendu. "Maaf malam itu aku menghinamu, aku masih tak percaya secepat ini kamu melupakanku sayang, aku tau apapun tak akan bisa membuat keadaan berubah. Tapi izinkan aku memperjuangkan cinta kita lagi dengan cara yang sehat."

Meera meraih tangan Darel, bahaya jika orang lain melihatnya. "Aku sudah memutuskan dan itu tak akan mengubah apapun Darel. Carilah perempuan lain yang lebih baik dariku."

"Kamu yang terbaik, aku cuma mau kamu sayang." Darel merengkuh Meera memeluknya erat.

Meera tidak membalas pelukan Darel, tapi tidak juga melepas. Untung saja keduanya berada di tepi Ballroom terhalang hiasan bunga besar. Dapat dirasakan Meera, Darel menangis di bahunya.

"Rel, kita masih bisa berteman. Jangan buat aku semakin merasa bersalah."

"Aku mau hidup denganmu sayang. Aku tak bisa begitu saja menggantikanmu dengan perempuan manapun."

Darel melepaskan pelukannya mendengar seseorang berdehem.

"Sudah puas pelukannya?"

"Gio! Kau mengagetkanku." Meera hendak mengusap air matanya namun keduluan Darel.

"Mantan terindah nih ceritanya." Gio terkekeh.

"Lo ganggu." Darel menatap Gio tajam.

"Mending gue apa pria disana yang ganggu?" Gio melirik Alex yang berjalan ke arah mereka.

"Rel, ingat jangan membahayakan dirimu." Kalimat terakhir Meera sebelum Alex menariknya dalam rangkulannya.

"Trimakasih dokter Gio." Alex pergi dari sana tanpa menunggu jawaban Gio.

"Enak banget tu Alex bisa rangkul pinggang ramping nan seksi Meera." Gio melirik Darel yang rahangnya mengeras.

Alex membawa Meera ke tengah untuk berdansa. Gadis itu menurut saja karena tak ingin berdebat ditengah keramaian.

"Apa saja yang kamu bicarakan dengan mantanmu hm?"

"Tidak bicarakan apapun."

Alex tersenyum. "Kamu tidak pandai berbohong baby."

"Aku hanya bilang padanya kami menjadi teman."

Alex semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh gadisnya, memeluk pinggangnya. Meera mengalungkan tangannya di leher Alex. "Mana ada mantan yang bisa berteman" bisik Alex didepan wajah Meera yang begitu dekat.

"Ada, nanti aku buktikan." Meera menjawab dengan santainya, walaupun sebenarnya ia gugup menatap Alex yang penuh kemarahan dimatanya.

"Tiga hari lagi kita ke jakarta baby, aku ada urusan tiga hari ini akan sibuk."

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang