"Jadi maunya aku hm?"
"Isshh apa lagi ni otak mesum." Meera bangkit dari kursinya.
Darel tersenyum, dengan mata yang menatap Meera penuh damba. "Kamu aja yang mikir kejauhan sayang."
Meera berdiri bersandar di meja kerjanya bersedekap dada. "Aku tidak ada waktu berdebat dokter Darel. Kamu mending cari kerja daripada jadi pengangguran."
"Aku bekerja mulai besok."
"Baguslah, dimana?"
Darel mendekat pada Meera menepis jarak diantara mereka, "Disini, kita akan bertemu setiap hari cantik." Darel mengedipkan sebelah matanya.
Meera mendorong Darel, membulatkan matanya tak percaya. "Siapa yang menerima kamu kerja disini?"
"Yang penting aku kerja disini sayang, jangan banyak tanya."
"Pasti Gio kam? pria itu memang suka melihat kita balikan."
"Aku juga suka."
"Jangan memancingku Darel."
"Aku tidak memancing." Darel meraih pipi Meera, menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinga.
"Lalu?"
"Aku mencintaimu." Darel mencium dahi Meera lembut.
Meera terpaku tidak tau harus menjawab apa, pria ini membuatnya selalu merasa spesial. Tapi nyatanya Meera tak bisa lagi memberi hatinya pada Darel.
"Kita makan di tepi pantai. Kamu pasti suka." Tanpa menunggu jawaban, Darel menarik tangan Meera keluar ruangan.
"Darel jangan begini nanti orang salah paham."
Karin menemui Edwin yang menggantikan posisi Alex sementara karena pria itu di Italy untuk menenangkan diri. Wanita itu masuk ke ruangan bertuliskan CEO dipintu besarnya.
"Kau sudah mendapat informasi?"
"Belum, aku muak melihat Darel setiap hari datang ke ruangan Meera. Pria itu sumber kekacauan." Karin berdecak kesal.
"Aku tidak yakin Nona Meera berhianat begitu saja, pasti ada alasan yang buat dia meninggalkan bos."
"Aku setiap hari membujuknya bercerita tapi dia lebih banyak diam tak seperti biasanya Win. Aku tak tega melihat bos disana galau sendirian."
"Aku lebih tak tega bos disini melihat mereka bermesraan."
"Iya kau benar. Lalu apa rencana kita?"
"Kau yang paling bisa diandalkan sekarang, cari tau alasannya."
"Baiklah kalau itu jalan keluar satu satunya."
"Sini sayang, kau tak merindukanku hm?"
Karin mengernyitkan dahinya. "Ini kantor Edwin. Jangan bertingkah mengundang gosip."
"Baiklah kita lunch di luar." Edwin bangkit dari kursinya meraih tangan Karin mengajaknya keluar ruangan.
***
Alex bertekad melupakan Meera yang berselingkuh di depan matanya. Pergi jauh ke Italy ternyata tidak menghasilkan apapun. Sampai kapan dia harus kabur seperti pengecut begini. Tapi untuk melihat Meera bersama Darel tentu membuatnya lebih hancur dari ini.
Darel membuka room chat di ponseknya menyentuh gambar kamera disana. Tak lama terlihat pria dengan pakaian formalnya.
"Bagaimana perusahaan?"
"Sejauh ini lancar bos, tidak ada masalah."
"Apakah wanita yang berselingkuh itu masih mengumbar kemesraannya?" Alex tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameera
ChickLitJanji yang tak boleh ingkar tapi kamu menghilang, bagaimana aku menagih janjimu? Jika cinta hanya tentang bagaimana kita berjuang, lantas apakah kamu pantas ku pertahankan? Tak perlu kamu banyak bicara kalau hanya membuat luka Aku memiliki sebuah pr...