17... menahan diri

357 13 0
                                    

Meera tak bisa menyembunyikan kegelisahannya semenjak bertemu Jeremi. Kini Meera berada di ruang vip sebuah restaurant terkenal bersama Alex yang tak hentinya menatap gadisnya. Meera hanya memainkan sendok ditangannya dan menatap makanannya sambil memikirkan cara agar tak bertemu dengan Pria gila seperti Jeremi lagi.

"Baby, ceritakan padaku. Siapa Jeremi?" Suara Alex membuyarkan lamunan Meera.

Meera menatap Alex sekilas, "Bukan hal penting Lex."

"Baiklah, setidaknya habiskan makananmu, atau mau aku suapin?"

Meera tersenyum tipis. "Aku bisa makan sendiri."

"Oke lanjutkan Baby, karena kita ada pertemuan penting satu jam lagi."

"Pertemuan apa?" Sambil menyeruput jus strawberry kesukaannya.

"Meeting dengan seluruh investor perusahaanku di negara ini."

Uhukk.. uhukk

"Kamu kenapa Mi? Jangan buatku khawatir."Alex mengusap punggung Meera perlahan.

"Aku baik-baik  Lex. Kau yang gila, kenapa masih disini kalau satu jam lagi akan menghadiri meeting sepenting itu?"

Alex hanya tersenyum. "Karena kamu lebih penting dari apapun yang ku punya."
Alex menggenggam tangan Meera, menuntun tangan halus itu ke dada kiri Alex. "Aku serius, kamu bahkan bisa merasakannya."

"Apakah artinya dia mencintaiku?" Batin Meera.

"Jujur padaku, apakah kamu merasakan hal yang sama?"Alex menatap Meera dengan pandangan sulit diartikan.

Meera yang tengah khawatir dengan kegilaan Jeremi, dikejutkan pula oleh  pertanyaan Alex. "Aku hanya ingin menghilang dari sini. Tak tau harus jawab apa." Batin Meera

Menyadari Meera yang pucat karena ulahnya, Alex hanya tertawa, "kamu lucu Baby." Meera hanya menatap Alex nyaris tak berkedip.

"Kita ganti pakaian dulu, setelah itu temani aku pergi." Lanjutnya

Meera hanya mengangguk, banyak yang ingin Meera sampaikan ke Alex, tapi waktunya belum tepat.

***

Mereka tiba di lobby perusahaan Alex, Varo Corp. Meera turun dari mobil sport Alex dengan heels runcing 9cm nya, dilengkapi dress longgar selutut berwarna navy. Alex tanpa meminta persetujuan langsung merangkul pinggang Meera, membuat seisi kantor memperhatikan mereka.

"Itu siapanya pak Alex?"

"Wajar pak Alex tak pernah menggandeng wanita, yang dicarinya bidadari."

"Mereka cocok ya."

"Karena wanita itu pak Alex terlihat berbeda akhir akhir ini."

"Itu kan dokter Ameera yang mengelola beberapa bisnis pak Alex."

Meera jadi teringat saat dulu Alex merangkulnya ditengah rumah sakit tempatnya bekerja. Sekarang terjadi lagi, tapi anehnya banyak komentar positif yang didengarnya. Karyawan Alex menyapa mereka dengan ramah. Alex hanya membalas dengan anggukan tidak ada senyum yang terpancar.

"Bos, Beberapa investor sudah hadir." Edwin menghampiri keduanya.

Alex hanya mengangguk setuju. Mereka memasuki lift dan memecet angka duapuluh, tempat Aula berada.

Meeting segera dimulai, Alex sebagai CEO memaparkan presentasi dengan baik. Baru kali ini Meera melihat pria menyebalkan begitu serius. Meera memperhatikan dari kursi sebelah kiri Alex. Alex diam-diam memperhatikan siapa saja yang berani menatap gadisnya. Meeting yang dihadiri mayoritas laki laki tua dan beberapa memperhatikan Meera membuat gadis cantik itu tidak nyaman.

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang