Alex tengah melaju membelah jalan dengan mobil sport nya, dikejutkan dengan motor yang menyalip mobilnya brutal. Alex memicingkan matanya, seolah mengenali motor itu.
"Sepertinya gue kenal." Gumam Alex
Betapa terkejutnya Alex setelah tiba diparkiran khusus petinggi Varo Hospital, terlihat Motor Ducati Diavel warna hitam kesayangngannya.
"Ini kan motor yang menyalip gue tadi, pantes ga asing, motor gue sendiri, tapi siapa yang berani pake kesayangan gue?"Batin Alex. Pria itu tak yakin kalau Meera yang begitu feminim dan manja itu bisa pakai motor besar miliknya.
Sesampainya diruang meeting Varo hospital, Alex duduk di kursi yang tersedia disamping Meera. Meeting tengah berjalan Alex sudah menelfn sebelumnya ia akat terlambat karena harus menghadiri Meeting penting yang lain.
Alex memperhatikan Meera samar-samar mendapat sedikit cahaya dari layar proyektor disampingnya. Gadisnya berpakaian kemeja lengan pendek berwarna abu abu dilengkapi Jas dokter dipadukan celana jeans dan sepatu boots.
"Tunggu, sepatu boots? Sejak kapan gadisku melupakan high heelsnya begini?" Batin Alex.
Selama meeting yang diperhatikan Alex hanyalah gadisnya. Sebenarnya tanpa Alex hadir pun tak berpengaruh pada meeting kali ini karena Meera yang menjadi gantinya. Tapi justru gadis itulah yang membuat Alex semangat menghadiri dua meeting sepagi ini. Dari hasil meeting disimpulkan workshop Varo hospital akan diundur 2 minggu lagi karena beberapa hal.
Selesai meeting Meera masuk ke ruangannya untuk melepas kemejanya. Satu persatu kancing kemeja itu dibuka. Tanpa sadar ada sepasang mata yang memperhatikannya karena kesalahan Meera lupa mengunci pintu. Meera menyamping sedikit membelakangi pintu.
Pria itu sesekali tampak menelan ludahnya kasar, menyaksikan pemandangan indah dihadapannya. Rasa panas mengalir di seluruh tubuhnya. Ditambah aroma vanilla tubuh Meera bahkan dengan jarak sejauh ini dapat tercium pria itu.
Meera berhasil membuka kancing terakhir kemejanya. Lalu perlahan melepas kemeja dari tubuhnya. Ternyata Meera menggunakan baju crop top warna hitam yang ketat di dalamnya, membentuk lekuk tubuhnya yang sempurna."Shitt!! Pikiran gue terlalu kotor sampai ngira dia ga pake baju didalamnya." Batin pria itu.
"Ehmm" seketika Meera menoleh melihat Alex berdiri bersandar di pintu dengan tangan bersedekap di dada tersenyum ke arahnya.
"Alex !! Sejak kapan disitu?" Tanya Meera panik, langsung menyambar jaket kulit hitamnya di atas meja kerjanya.
Alex menghampiri Meera, sesekali mengatur nafasnya yang memburu karena melihat kejadian barusan. Menarik nafasnya dalam kemudian berbisik ditelinga Meera "Lain kali, kalau begini lagi kunci pintu Baby. Aku tak membayangkan jika pria lain yang diposisiku sekarang." Sambil membelai rambut Meera dan menyelipkannya ke belakang telinga.
Tubuh Meera berdesir mendengar bisikan Alex. Mau marahpun percuma karena memang salahnya lupa mengunci pintu. "Iya aku salah, aku lupa." Ucap Meera sambil menunduk.
"Perasaanku saja atau memang kamu sengaja dari kemarin jarang sekali menatapku saat bicara. Ada apa?"
Meera mengangkat kepalanya, lebih tepatnya mendongakkan kepalanya karena Alex lebih tinggi dari tubuhnya.
"Perasaanmu saja Lex." Seketika terbit senyum di wajah pria itu. "Kenapa tersenyum begitu?" Lanjut Meera."Aku bahagia Baby." Langsung mendekap tubuh gadis ramping dihadapannya. Meera tak menolak hanya bertanya sendiri dalam hati.
"Oh ya, tujuan aku kemari, mau bertanya padamu. Sejak kapan Ami manja ku ini jadi pembalap?" Ucap Alex dengan wajah seriusnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameera
ChickLitJanji yang tak boleh ingkar tapi kamu menghilang, bagaimana aku menagih janjimu? Jika cinta hanya tentang bagaimana kita berjuang, lantas apakah kamu pantas ku pertahankan? Tak perlu kamu banyak bicara kalau hanya membuat luka Aku memiliki sebuah pr...