42...Their wedding day

912 10 1
                                    

Part ini udah kelamaan di draft

Pintu besar bertuliskan CEO itu terbuka membuat pria yang fokus membaca berkas di kursi kebesarannya menoleh. Pria paruh baya muncul dari balik pintu dengan jas rapinya.

"Dad, kapan sampai?"

"Baru saja, dari bandara langsung ke sini." Abrar masuk ruangan langsung duduk di kursi seberang Alex.

Alex mengangguk lalu kembali membaca berkas ditangannya, mengabaikan Abrar yang mengamatinya.

"Lusa kau menikah kenapa masih bekerja?" Abrar mengernyitkan dahinya.

"Setelah acara aku mau honeymoon tanpa diganggu Dad, jadi harus aku selesaikan hari ini." Alex berbicara tanpa menoleh pada Abrar.

Abrar menyilangkan kakinya, sementara tangannya mengusap dagu."Viony dan Tomi sudah sah menjadi tahanan hari ini, kau tau?"

Alex menatap Abrar dengan wajah datarnya lalu mengangguk. "Aku tidak tertarik membahas mereka lagi Dad."

Viony dan Tomi terbukti bersalah dan dituntut atas pencemaran nama baik. Abrar tak bisa membiarkan orang yang menghancurkan hidup anaknya bebas tanpa menderita.

Saat menjemput Alex di Jepang Abrar telah menyelidiki semuanya dan terbukti anak yang dikandung Viony adalah anak Tomi. Mereka berdua bekerjasama untuk menghancurkan Alex dengan memalsukan semuanya dan merencanakannya dengan rapi. Dokter kandungan yang dibayar mereka pun ikut terlibat dan ditahan.

Orang yang berkesempatan besar menghancurkanmu adalah orang terdekatmu.

Meskipun Tomi dan Alex telah lama bersahabat terbukti, pria itu berkhianat karena iri dengan kesuksesan Alex. Rosaline hanya bisa menangis menyesal dan memohon pada Meera untuk memaafkannya. Karena itu hari dimana Meera diculik Alex tiba di Bali tak lain karena ingin menjelaskan semuanya pada Meera namun Jeremi mengacaukan semuanya. Tapi tetap saja Alex dan Meera bertemu.

Takdir memang terlalu sulit untuk dimengerti tapi jodoh tak bisa salah memilih. Manusia dengan uang sebanyak apapun takkan bisa memisahkan dua hati yang memang ditakdirkan bersama.

***

Disisi lain, Meera tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya, di salah satu resort mewah milik Alex. Mereka memilih pantai menjadi tempat pernikahan, sesuai permintaan Meera. Darel pun ikut membantu, dengan persetujuan Alex. Keduanya tak terlibat perang dingin lagi karena memilih mengikhlaskan semuanya dan bersahabat.

"Kamu jangan kelelahan nanti pingsan waktu hari H gimana?" Darel menggelengkang kepalanya melihat Meera yang sibuk mengatur pernikahannya bersama WO.

Meera cemberut ke arah Darel. "Jangan menakutiku Darel. Kamu tau aku gak selemah itu."

Darel berdecak kesal, mantan pacarnya itu memang keras kepala. "Tapi kamu harus istirahat Meera."

"Satu jam lagi aku pulang."

"Dari tadi kamu hanya bilang satu jam lagi."

"Oke dua puluh menit."

"Itu lebih baik."

Hari yang paling ditunggu tiba, Meera dan Alex sudah resmi menikah diiringi senyum bahagia dan tangisan haru mereka. Seluruh keluarga besar Alex dan Meera datang menjadi saksi pasangan itu mengikat janji sehidup semati.

Meera dengan gaun putih yang pas ditubuh rampingnya, sederhana namun terlihat mewah yang menjadi pilihannya. Istri Alex itu terlihat sangat cantik dengan senyum bahagia yang terpancar diwajahnya. Sementara Alex dengan toxedo hitamnya, tampan seperti biasanya.

Pantai itu dihias penuh mawar putih dengan sunset yang terlihat diujung langit jingga. Meera sengaja memilih senja waktu pemberkatannya, Alex menuruti semua yang diinginkan istrinya.

"Istriku, kamu sangat cantik." Alex berbisik ditengah meriah pesta pernikahan mereka.

Meera tak lepas merangkul lengan Alex posesif, wanita itu masih tak percaya akhinya menikah dengan cinta pertamanya. Takdir Tuhan memang tak bisa ditebak, meski melewati rintangan yang jika dipikir logika tak mungkin bisa Meera menikah dengan Alex.

"Selamat Lex, jaga Meera awas lo nyakitin kesayangan gue." Darel menjabat Alex disertai kekehan keduanya.

Alex sudah biasa digoda Darel, pria itu tak lagi cemburu. "Gue pasti jaga berlian terindah didunia, karena dia hanya punya gue." Jawab Alex dengan angkuhnya.

Meera hanya bisa menyikut Alex yang menyombongkan diri seolah menang dari Darel.

"Meera kesayanganku, jadi istri yang baik ya, jangan suka ngambek ya. Kalau dia kasarin kamu bilang sama aku." Darel memeluk Meera. Alex hanya terkekeh mendengar Darel yang masih tak berhenti menggodanya.

"Selamat ya Meera, akhirnya nikah juga sama Alex." Perempuan cantik itu memeluk Meera dan disambut ramah oleh Meera. Dia Vanesa, seorang dokter sekaligus sepupu Alex yang tinggal di Jakarta.

"Iya, makasih Vanesa, kalian dari tadi gue liat berduaan terus jadi curiga." Meera menatap Darel dan Vanesa bergantian dengan senyum jahilnya.

"Jangan macem-macem sama spupu gue bro." Alex menepuk pundak Darel.

"Gue ga macem macem kok, tenang bro tunggu aja undangannya." Mata Vanesa terbelalak terkejut mendengar ucapan Darel yang santai. Meera tersenyum melihat Darel yang akhirnya bisa mendapat pengganti dirinya.

"Jangan kelamaan ntar ditikung lagi." Sarkas Alex.

"Kali ini gue bunuh orang yang nikung." Mereka semua tertawa. Darel memang terlihat berbeda hari ini, walaupun belum sepenuhnya melupakan Meera tapi Vanesa berhasil mencuri perhatiannya.

END

Thankyou yang telah membaca cerita pertamaku di wp
Sangat banyak kekurangannya
Mungkin nanti akan ku revisi

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang