Ddrrtt drrtt ...
Meera melirik handphone nya di atas meja, terlihat nama Darel disana. Meera melihat Alex di hadapannya seakan menunggu Meera me-reject nya tapi tak sesuai harapannya.
"Hallo sayang."
"Skak mat. Mampus lo Alex." Batin Meera puas, Meera tersenyum miring.
Darel rasa tak percaya Meera mau mengangkat telfnnya. "Sayang, kamu kemana aja, aku nyariin kamu."
"Aku lagi makan sayang, kamu udah makan ga? Jangan suka telat makan sayang nanti kamu sakit, aku kan sedih."Meera melembutkan suaranya dibuat manja.
"Iya sayang, nanti aku makan ya. Kamu makan sama siapa?" Selidik Darel.
"Aku makan sama teman. Udahlah ga penting juga dia." Sambil melirik Alex yang wajahnya terlihat merah padam.
"Ohh iya, kamu lanjutin makannya ya cantik, jaga kesehatan. I love you."
"Love you too My Darel. Daa sayang Kangen kamu, secepatnya kita ketemu ya."
"Iya sayang kangen kamu juga."
Meera mematikan telfon nya. Alex sulit mengendalikan dirinya sekarang. Tangannya menggenggam menghentak meja, rahangnya mengeras, matanya memburu menatap Meera tajam. Tapi wanita di hadapannya hanya tersenyum puas menyaksikan Alex yang cemburu melihatnya.
"Apakah dia akan membentakku?" Tanya Meera dalam hati seketika senyumnya memudar.
Sedetik
Duadetik
Tigadetik
"Sudah telfn nya dokter Meera? Bisa kita lanjutkan lagi?" Alex melembutkan suaranya.
Meera membulatkan matanya tak percaya, "bukannya si brengsek ini mudah sekali emosi jika melihatku bermesraan dengan laki laki lain" gumamnya.
"Hei Dokter Meera, anda melamun?"
"Ohh iya pak Alex, kita lanjutkan. Sampai mana tadi?"
Mereka berdua berada di restaurant mewah, Alex tak berbohong karena memang dia mengajak Meera berbicara tentang bisnisnya bukan masalah hati nya.
***
Alex menatap punggung Meera yang melangkah masuk ke lobby Varo Hospital. Pria itu tampak melepaskan emosi yang sedari tadi ditahannya, mengepalkan tangan memukul setir mobil dihadapannya. Alex tak peduli lagi mobil mewahnya lecet karna kekesalannya begitu memuncak sekarang.
Brak!!
Itulah yang terdengar di dalam mobil mewah miliknya.
"Sial !! , Ami benar benar membuatku gila." Teriak Alex sambil mengacak rambutnya kasar.
***
"Karin, lo masih sakit?" Meera menghampiri Karin di ruangannya.
"Eh, udah baikan kok Ra."
"Gue tau lo pura-pura kan tadi?" Meera menaikkan sebelah alisnya.
"Gu-e minta maaf ya, Bos Alex tadi mengancam."
Seketika tawa Meera meledak, "Gue udah ngira kejadiannya seperti itu." Sambil menarik kursi lalu duduk di hadapan Karin.
"Tapi gue berhasil mengerjainya hari ini, Gue malah terimakasih sama lo Karin."
Karin melongo bingung, "Baru kali ini gue dengar ada yang berani mengerjai Bos Alex."
"Iya, gue lah orang pertama." Meera terkekeh bangga. "Rin, gue mau nanya, lo kenal dengan Viony?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameera
ChickLitJanji yang tak boleh ingkar tapi kamu menghilang, bagaimana aku menagih janjimu? Jika cinta hanya tentang bagaimana kita berjuang, lantas apakah kamu pantas ku pertahankan? Tak perlu kamu banyak bicara kalau hanya membuat luka Aku memiliki sebuah pr...