28...Calon Mertua

233 11 0
                                    

Seorang gadis dengan mata sembab nya dan rambut yang tergerai sedikit berantakan memasuki ruangan. Spontan orang tua Alex menoleh.

"Dokter Meera? Kamu dokter Meera bukan?" Tanya Abrar melihat ke arah Meera.

Meera pun mengangguk menyalami Abrar dan Rosalin. "Iya om, tante, aku Meera."

"Kok masih panggil tante, kan kamu calon mantu kami sayang." Rosalin memeluk Meera.

Meera tersenyum tipis,"i-iya Mom."

"Bagaimana keadaan Alex, Meera? Kenapa dia belum sadar?" Tanya Abrar.

"kemungkinan karna terbentur saat terjadi kecelakaan, kepala Alex terdapat memar di dalamnya. Tadi kami sudah melakukan pemeriksaan lanjutan. Tidak terlalu berbahaya, tapi memang bisa menyebabkan penurunan kesadaran sampai koma."

"Iya syukurlah klau tidak bahaya, kamu sudah makan nak? Istirahatlah dulu biar kami yang menjaga Alex."

"Nanti saja Mom, tapi kalau Mom mau makan biar aku temenin."

"Ayo sayang kita pergi makan dulu."

***

Meera menemani calon mertuanya makan di sebuah restaurant tidak jauh dari rumah sakit. Keduanya terlihat cepat akrab, terlebih Rosaline sangat menerima kehadiran Meera, sumber kebahagiaan anak kesayangannya.

"Mom sangat senang saat tau kamu menerima lamaran Alex, padahal dulu Mom selalu meyakinkan Alex kamu sudah melupakannya, karena berpacaran dengan pria lain. Tapi anak itu tetap saja tak peduli."

Meera tengah menyuap makanannya terdiam, lalu mengunyah dengan sangat pelan. Mendengarkan cerita Rosaline tentang Alex yang tak pernah disangka Meera.

"Alex sangat mencintaimu sayang. Dia hampir dicoret dari daftar harta warisan karena kegilaannya mencarimu. Semua bodyguard Dad dibawanya ke Jakarta untuk mencarimu." Rosaline terkekeh mengingat kejadian lucu tentang anaknya itu, lalu beralih mengambil gelas dihadapannya meminum orange just dengan hati hati.

"Maaf sebelumnya Mom, memangnya Alex tidak pernah pacaran?"

"Bagaimana mau pacaran, hati dan pikirannya saja dipenuhi Ameera Ameera dan Ameera. Oh iya Alex belum pernah mengajak ke rumah utama kami?"

Meera tersenyum tipis, ada rasa penyesalan karena baru mengetahui kebenaran itu sekarang. "Belum Mom, ada apa disana?"

"Pantas kamu masih meragukan Alex, kamu kalau kesana jangan terkejut saat melihat kamarnya, semua dipenuhi oleh foto dan lukisan wajahmu. Sampai Alex membuat ruangan khusus untuk memajang semua lukisan wajahmu."

"Siapa yang melukisnya?"

"Dia sendiri, Alex tak pernah cerita dia bisa melukis?"

Meera menggelengkan kepalanya, "Mungkin dia belum sempat cerita Mom."

Rosalin menggenggam tangan Meera, "Tolong jangan kecewakan anak kesayangan Mom lagi sayang. Cukup selama ini dia menderita tak bisa mendekatimu. Setelah ini berikan dia kebahagiaan ya."

Meera tersenyum mengangguk, membalas genggaman tangan Rosalin, "Aku akan berusaha Mom, apapun itu untuk kebahagiaan Alex."

****

Ditemani suara monitor di ruang ICU, Meera setia menunggu Alex sadar sambil menggenggam tangannya. Terkadang Meera berbisik kenangan manis yang mereka lewati agar Alex segera bangun dari komanya.

Orang tua Alex memutuskan pulang ke rumahnya karena ruang ICU tidak bisa ditempati banyak keluarga, meskipun itu rumah sakit mereka, tetap saja harus bersikap profesional.

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang