Meera tidak fokus saat rapat karena benar saja ucapan Alex, setelah tiga puluh menit pria itu tidak berhenti mengganggunya. Entah itu menelpon, mengirim pesan, menyuruh orang lain untuk menghampiri Meera dan menghentikan rapat itu. Paling parahnya pria itu menelfon Gio agar menyuruh Meera menemui Alex.
"Maaf dokter Meera sebaiknya temui Pak Alex, mungkin dia butuh sesuatu." Dokter Gio berbisik di samping Meera.
"Tapi di ruangannya ada orang tuanya, jadi saya pikir dia hanya mencari alasan."
"Baiklah apapun keputusan Dokter Meera."
Meera melanjutkan rapatnya tanpa terasa sudah tiga jam. Gadis itu tidak perlu khawatir Alex menyusulnya karena ada Abrar yang akan mencegah.
Setelah selesai rapat, Meera kembali ke ruang rawat Alex, disana masih ada Rosaline dan Abrar yang duduk di sofa. Baru saja Meera mendekati Alex sudah mendapat tatapan elang dari pria itu.
"Mom sama Dad pergi dulu. Alex, jangan marahin menantu Mom."
Alex hanya bergumam, tak mengatakan apapun, hingga keduanya menutup pintu ruangan.
"Ini sudah tiga jam! Ngapain aja kamu?"
"Aku ya rapat lah ngapain lagi." Meera duduk di tepi ranjang Alex.
"Kenapa abaikan telfn dan pesanku?" Alex menepis tangan Meera yang ingin menggenggamnya.
"Karena harus profesional Pak Alex." Meera mencubit pipi Alex.
"Aku liat di cctv kalian bisik-bisik mesra."
"Astaga Alex, kamu mengawasi aku sampai buka cctv?"
"Kenapa ? Takut ketahuan udah mesra sama cowok lain."
Meera merebahkan tubuhnya disamping Alex. Memeluk tubuh pria itu, membelai dadanya.
"Bisakah kita membahas hal lain, tentang pernikahan misalnya. Daripada membahas rapat itu, kepalaku sudah mau pecah membereskan kekacauan karena acaranya diundur. Jangan tambah lagi dengan kamu marah begini."
Alex membelai rambut gadisnya. "Iya udah istirahatlah, kamu capek hm? Mau aku pijitin dadanya?"
Meera mendengar ucapan mesum Alex langsung mengangkat kepalanya menatap Alex. "Kepala aku yang berpikir kenapa dada aku yang dipijit. Dasar mesum!"
Alex terkekeh, "aku kira gak fokus lagi karena kelamaan rapat."
Meera memukul dada Alex pelan. "Bilang aja memang mau."
"Iya mau. Mimik cucu."
"Alex!!"
"Biar cepat sembuh sayang."
"Gak!"
Meera pun tertidur di pelukan Alex.
"I Love You Ami."
****
Meera pergi sendirian mengendarai mobilnya, selama Alex dirawat dia hanya pergi keluar rumah sakit satu kali bersama Rosaline ke restaurant. Selebihnya Meera menghabiskan waktu di rumah sakit, banyak perkerjaan yang harus diselesaikannya.
Meera menuju Alv Florist dengan terburu-buru. Tapi saat di tengah jalan Meera medadak mengerem mobilnya. Meera membulatkan matanya karena melihat pria yang bersandar di kap mobil didepannya.
"Jeremi?! Astaga!"
Pria itu mendekat ke arah Meera, mengetuk kaca mobilnya dengan keras. Meera membuka pintu mobilnya dengan tenang. Lebih tepatnya berusaha tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameera
ChickLitJanji yang tak boleh ingkar tapi kamu menghilang, bagaimana aku menagih janjimu? Jika cinta hanya tentang bagaimana kita berjuang, lantas apakah kamu pantas ku pertahankan? Tak perlu kamu banyak bicara kalau hanya membuat luka Aku memiliki sebuah pr...