9...Minta Maaf

374 22 0
                                    

Semenjak sahabat Alex datang ke rumah, Meera jarang bertemu Alex karena sama sama sibuk, ditambah lagi beberapa kali Alex tugas keluar kota. Meera hanya mau berbicara pada Alex, jika ada keperluan tentang pekerjaan. Tinggal 1 atap tak membuat keduanya semakin akrab.

"Win, aku mau tanya pendapatmu."

"Tanya apa bos?" Ucap Edwin penasaran

Memang sangat dirasanya sebulan ini bos Alex uring-uringan. Banyak kesalahan yang tak biasa dilakukan seorang Alex.

"Menurutmu kalau perempuan berubah sikapnya lebih dingin ke kita itu kenapa? Padahal sifat aslinya ga seperti itu Win."

"Oh itu jelas karena kita melakukan kesalahan Bos."

"Maksudmu?"

"Ada kesalahan kita tanpa disadari."

"Biasanya perempuan seperti itu."

"Ohh okee, thanks Win." Alex beranjak dari kursinya, menepuk pundak Edwin sekilas.

***

Alex mengemudikan mobil sport nya melaju menuju klinik kecantikan, Alv Clinic. Terlihat perempuan manis duduk serius membaca beberapa dokumen dimeja ruang kerjanya, tak menyadari ada yang datang. Seorang pria berjalan mengendap ke arah belakang wanita itu.

"Maaf Baby, apapun kesalahanku membuatmu marah dan tak nyaman aku benar benar menyesal dan minta maaf." Bisik Alex, membuat bulu tubuh Meera berdiri dan deg degkan tentunya.

Meera menoleh ke sumber suara dengan wajah masih melongo.

"My Baby, hei kamu mendengarku?"

"Eh, iya aku dengar." Meera berusaha berdiri tapi kakinya terasa lemas karena mendengar bisikan Alex tadi.

"Tak ada yang salah denganmu Lex, hanya aku yang terlalu ber-" seketika Meera menutup mulutnya

"Hampir aja kelepasan" batinnya

"Terlalu apa Baby?"

"Terlalu bergantung padamu." Lanjut Meera pelan.

"Terlalu berharap pada Alex lebih tepatnya." Batinnya

"Aku tak masalah kamu bergantung padaku, Baby. Aku malah senang."

"Menjauh Lex, nanti ada yang marah kalau liat kita sedekat ini."

"Si Darel sialan itu yang kau maksud bukan" umpat Alex, sambil menjauhi Meera, duduk di kursi berhadapan dengan gadis pujaannya itu.

"Nanti pacarmu datang dan melabrakku." Batin Meera

"Aku ada kabar baik untukmu Baby. Semenjak klinik, butik, toko bunga kamu handle banyak kemajuan dan meningkat pesat. Aku yakin kamu berbakat dalam bisnis. Jadi aku memutuskan Varo hospital cabang Bali kamu yang akan kelola." ucap Alex dengan senyuman bahagia.

"What??" Meera langsung berdiri dari duduknya. "Tiga cabang bisnismu aja aku kewalahan, kamu tambah lagi dengan Rumah sakit. Gila kamu ya Lex, apa kamu mau buat aku gila?" Meera mengeraskan suaranya, sambil memijat ujung pelipisnya.

Alex tak menduga respon Meera akan begini. Alex menarik nafas sejenak. Berfikir bagaimana meredakan emosi Meera.

"Baby, aku kasih kamu kepercayaan ini karena aku yakin kamu mampu. Kamu bisa handle semuanya."

"Kamu mau buat kepalaku pecah karena mikirkan bisnis kamu sebanyak ini?" Meera masih meluapkan emosinya.

"Aku aja bisa handle banyak perusahaan properti, kapal, restaurant, Rumah sakit. Aku yakin kamu juga bisa Baby. Aku percaya padamu." Melembutkan suaranya dengan puppy eyes berharap Meera menerima tawarannya.

"Tapi-"

Tok

Tok

Tok

"Masuk." Ucap Meera

"Maaf Bu, ada pasien mau complain katanya. Dia marah marah Bu."bisik Karin.

"Suruh beliau masuk."

"Silahkan duduk ibu." Meera menuntun ibu itu duduk di sofa ruanganya.

"Karin, tolong buatkan minum untuk ibu ini ya." Perintah Meera pada asistennya.

Meera terlihat memperkenalkan dirinya, cara bicaranya sangat lembut, padahal Alex tau tadi Meera seperti singa betina. Yang membuat Alex tertegun, ibu itu awalnya ingin marah sekarang malah tertawa bercanda dengan Meera seolah orang tua dan anaknya sendiri.

"Mulai hari ini aku bertekad membuatmu mau jadi istriku Ami. Tak ada lagi kata mengalah. Aku akan menyesal jika tak memperjuangkanmu. Biarlah si Darel sialan itu menangis darah." Smirk wajah Alex terlihat jelas.

***

Setelah selesai makan Alex masih menunggu jawaban Meera. Mereka tengah makan di sebuah restaurant mewah.

"Bagaimana tawaranku tadi?"

"Tawaran apa?" Tanya Meera mengerutkan dahi nya.

"Varo hospital Baby."

"Oh"

"Yes or No? Aku tidak memaksamu lagi. Semua terserah padamu Baby." Ucap Alex dengan wajah memelas.

"Hmm, seperti nya aku akan coba. Tapi kamu juga bantuin aku."

Seketika mata Alex berbinar. "Iya pasti aku selalu ada buatmu, Baby." Sambil meraih tangan Meera, mengelusnya lembut.

***

Ddrrr.. drrtt.. drrt..
Dengan malas Alex mengangkat telepon yang menganggu tidurnya. Diliriknya jam masih pukul 06.00 pagi.

"Hallo. Mengganggu saja masih pagi."

"Alex, apa maksudmu menyerahkan Varo Hospital Bali pada Meera?!."

Tbc,,

***

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang