19...Sudah Gila

420 16 0
                                    

"Tidak!! Jangan sakiti Alex, aku mohon jangan hiks hiks, aku ga mau kehilangan dia lagi." Teriak Meera.

Melihat Merra teriak dalam tidurnya, Alex segera menghampiri Merra berusaha membangunkan gadisnya.

"Baby bangun, heii aku disini baby tenanglah."

Meera membuka matanya, langsung memeluk Alex, menangis dalam pelukan pria itu. Alex membelai rambut Meera, menenangkan gadisnya. Terakhir Alex melihat gadisnya menangis dua belas tahun lalu saat Alex pergi meninggalkannya.

"Aku janji ga akan meninggalkanmu Baby. Tenanglah, kamu hanya bermimpi."

"Aku takut Lex, Aku takut dia nekat seperti dulu."

Alex melepas pelukannya, "Dia? Siapa?" Menatap Meera, mengusap pipi gadisnya yang basah.

Dengan ragu Meera menjawab, "Jeremi. hiks hiks." Meera masih terus menangis.

"Bangsat!! beraninya makhluk itu membuat gadisku menangis." Batin Alex.

"Ceritakan kejadian sebenarnya Baby."

Meera mengatur napasnya, mulai menceritakan semuanya pada Alex.

Dulu saat SMA Jeremi menyatakan cintanya tapi Meera menolak karena masih belum bisa melupakan Alex. Hingga ada anak baru disekolah mereka, bernama Shaka satu kelas dengan Meera dan Jeremi. Shaka dan Meera sering bersama, bukan karena Meera suka tapi hanya menganggapnya sebagai sahabat.

Shaka memang jujur mencintai Meera, tapi menerima saat Meera memintanya tetap jadi sahabat. Satu sekolah pun tau begitu dekatnya Meera dan Shaka hingga membuat Jeremi cemburu. Meera menjauhi Jeremi bukan karena sengaja tapi mulai tidak nyaman dengan sikap laki-laki itu yang terlalu berlebihan, seperti menganggap mereka pacaran. Jeremi melarang Meera dekat dengan laki-laki manapun, termasuk Shaka.

Saat kelulusan SMA, Jeremi memaksa Meera untuk menerima lamarannya. Meera menolak dengan alasan ingin kuliah, tapi Jeremi menganggap alasan utamanya karena Shaka. Jeremi dan Shaka berkelahi, hingga Shaka meninggal karena ditusuk oleh Jeremi.

Harusnya Jeremi masuk penjara karena ulahnya tapi karena kekuasaan papanya, laki-laki itu bebas dan pindah ke luar negeri. Semenjak itu Meera tak pernah mendengar kabarnya lagi. Sampai kemarin Jeremi datang menemuinya di Alv Florist. Tadi Jeremi mengirim pesan mengancam akan membunuh Alex, jika mereka masih bersama.

Alex Mendengarkan semua cerita Meera, Pria itu tak menyangka gadisnya melewati semuanya sendiri. Meera masih sesegukan di pelukannya. Alex tak dapat lagi memendam kekesalan. Tapi fakta bahwa sampai selama itu Meera masih belum bisa melupakannya membuat Alex seakan melayang ke langit penuh bintang.

"Andai aku datang lebih awal, Pasti Meera tak sempat bertemu Darel sialan." Batinnya.

"Aku ga mau kehilangan kamu Lex. Cukup aku kehilangan Shaka." Meera mempererat pelukannya dipinggang Alex.

"Ssttt.. sudah Baby, jangan menangis lagi. Aku akan tetap disini sama kamu. Aku janji Baby."

Meera mengangkat kepalanya, menatap Alex. "Kamu kenapa malah tersenyum?"

"Aku ga nyangka kamu belum bisa lupain aku hingga lulus SMA sampai ga mau nerima laki-laki lain. Atau bahkan..."

"Apa?"

"Sampai sekarang?" Goda Alex.

Meera menenggelamkan wajahnya didada Alex. Pria itu tau Meera tengah tersenyum malu. Alex yang semula menyandar di tempat tidur membenarkan tubuhnya hingga duduk tegap. Meraih bahu Meera mengarahkan untuk duduk menghadapnya. Mengelap pipi Meera yang basah, menyelipkan rambut Meera ke belakang telinga.

AmeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang