•53•

2.9K 217 6
                                    

Ceklek!

Semua tatapan teralih pada seseorang yang berdiri di depan kamar tamu. Semuanya memang sepakat menginap untuk memantau Anne dan menghindari Hesa bersama sama. Jika memang nantinya benar ketahuan, mereka bisa saling melindungi satu sama lain. Solid bukan?

"Udah tidur dia, Dave?" tanya Arsy diangguki oleh Dave.

"Obatnya juga udah dia minum semuanya kan?" sekarang yang bertanya adalah Jihan.

"Udah semua kok, sesuai aturan yang dikasih tau Sarah."

"Makan dulu, Dave. Lo kan juga belum makan sejak pulang sekolah. Masak dikamar melulu sama Anne, udah kayak pasutri aja." goda Bintang.

"Abang lo gak pulang, Bin?"

Bintang menggeleng cepat. "Tadi dia kabarin kalau mau tidur dikos-an sahabatnya dulu karena kepepet tugas. Apalagi gue baru kabari juga kalau kalian nginep, yudah dia bilang minggat aja sekalian,"

"Gapapa nih kita disini? Serasa ngusir yang punya apart masalahnya."

"Santai aja! Abang gue emang jarang pulang kok aslinya, malah gue seneng lo semua nginep jadi gue gak sendirian,"

"Jomblo sih!" sindir Jihan.

"Lo! Lo gak usah reseh iya kali ini, gue usir beneran dari sini mampus lo!"

"Suruh tidur sofa aja kalau perlu, Bin." Jihan sontak melotot pada Arsy yang ikut mengomporinya.

"BANGKE! Ja--jangan gitu dong! Masak semuanya di kamar gue di sofa, tega bener lo sama gue. Gue cewek iya kalau lo lupa."

"Mentang mentang cewek seenaknya sama gue. Udah gue golok tuh kepala pakai samurai kalau lo cowok dari dulu, bawaannya bikin emosi aja kalau ketemu."

"Dih?! Ngambekan, Bintang gak seru."

"Udah.. Udah! Jangan berisik lah, kasihan Anne kalau denger kalian berantem mulu kan istirahatnya jadi gak tenang," lerai Sarah. "Lo juga, Han. Gak usah resehin Bintang terus, jadi ribut kan kalian." tau reaksi Jihan? Hanya cengengesan tanpa dosa.

"Anne kekeh mau masuk sekolah besok," Dave memberanikan diri untuk menyuarakan keluhan gadis tersebut sejak berduaan di kamar.

Sudah berkali kali Dave membujuk Anne untuk menurut dengan rencana mereka namun gadis tersebut tetap menolak dan berusaha memberi alasan yang sedikit mengganggu pikiran. Rencana yang sudah disepakati dia dan lainnya jadi sedikit ragu untuk dia jalankan karena memang alasan Anne mengganggu pikirannya.

"Kalau gue gak sekolah, bang Hesa pasti curiga. Hari ini aja gue belum berani buka hp karena emang bener bener takut dia tau kalau ada yang gak beres sama gue. Bang Hesa gak semudah itu percaya sama kalian. Sepintar pintarnya kita bohong, bang Hesa pasti ada rasa curiga. Firasat dia selalu benar, Dave. Gue takut kalau tiba tiba besok dia jemput dan gak nemuin gue disekolah gimana? Makin berantakan kan? Yang kena imbas pasti kalian karena ikut ikutan bohong tentang gue."

Sarah menunduk dan memilin jemarinya. "Emang sih kak Hesa dari dulu susah banget dibohongi. Apa lagi kalau firasatnya udah menyangkut Anne, gak memungkinkan kita nyembunyiin Anne selama 2 hari kedepan juga kan. Itu makin bikin curiga."

"Gue setuju sama Sarah, dengan alasan Anne nginep karena kerja kelompok aja gue udah pastiin kak Hesa sebenernya curiga sama kita. Tapi kak Hesa gak mungkin lepas gitu aja, mungkin bukan dia yang bertindak tapi... ta--tapi bodyguard dan anak buah om Satria."

"Terus gimana dong kita sekarang? Dokter bilang dia butuh istirahat minimal dua hari kedepan dan dokter bilang ada rasa trauma dimental Anne."

Hafiz memang sempat memanggil dokter kembali tetapi kali ini adalah dokter psikiater. Anne sempat melamun saja sejak tadi, diajak bicara tidak menyahut, disentuh justru terkejut. Bahkan gadis tersebut baru menyadari bahwa semua orang tengah mengelilingi dia.

Love Story AnneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang