•64•

2.8K 289 25
                                    

📍Paris, 09:00 AM

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh Dave. Hari dimana ia harus berjuang untuk nama sekolahan dan membawa sebuah piala kemenangan. Dave sudah berada di Paris semenjak dua hari yang lalu, disini dia disibukan belajar untuk olimpiade-nya dengan dampingan seorang mentor khusus dari SMA Airlangga.

"Dave, kamu sudah siap?" Dave mengangguk pelan tanpa menatapnya. "Kita harus berangkat sekarang supaya tidak telat sampai disana."

Rio mengusap punggung putranya dengan lembut. "Semangat jangan lesu gitu. Ada atau tidaknya Anne kamu harus tunjukan ke semua orang kalau kamu mampu, Dave. Berjuang demi nama sekolah dan ayah,"

"Dave semangat kok," Rio tersenyum tipis, sebenarnya dia paham jika putranya tidak bersemangat namun ia harus percaya bahwa putranya mampu menjalani semuanya.

"Kalau gitu kamu sekarang berangkat dulu sama Angga, iya? Ayah nanti nyusul kesana karena ada beberapa pekerjaan yang tiba tiba datang dan harus cepet ditangani."

Angga, adalah mentor yang belakangan ini membimbing Dave selama di Paris untuk persiapan olimpiade. Dia berusia kurang lebih 26 tahun. Angga juga termasuk mahasiswa lulusan universitas di Paris. Angga adalah kepercayaan sekolah yang sering berpengalaman mendampingi murid SMA Airlangga selama olimpiade diluar negeri dan kali ini adalah kesempatan Dave.

"Gak bisa ditunda dulu?" Rio menatap mata putranya yang memancarkan kekecewaan padanya.

"Yah, Dave kesini karena paksaan ayah loh! Tapi kenapa sekarang ayah gak bisa dampingi Dave? Sebegitu pentingnya berkas ayah dari pada Dave?!"

"Dave, bu--bukan--"

"Kalau dari awal ayah gak ada niatan dampingi Dave lebih baik Dave gak berangkat. Percuma!" sela Dave dengan kesal.

"Ayah akan dampingi kamu, Dave. Ayah akan ada disana! Ayah akan dukung kamu cuma saat ini ayah harus selesaikan kerjaaan yang beberapa berkas dari kantor datang secara mendadak. Ayah pasti datang. Ayah janji!"

"Gak perlu janji kalau gak bisa tepati," tukasnya. "Dave bisa kok berjuang sendiri sekalipun tanpa ayah!"

Dave dan Angga meninggalkan Rio begitu saja. Angga bisa merasakan hawa emosi dari wajah muridnya tapi bagaimana lagi ia tidak bisa ikut campur dalam masalah mereka. Walaupun baru mengenal Dave tiga hari belakangan ini Angga bisa melihat begitu sibuknya Rio dengan pekerjaan tanpa memperdulikan Dave. Tetapi Angga juga bangga pada Dave karena muridnya ini tetap berusaha semaksimal mungkin walau tanpa menyemangat.

Dave, sosok kuat yang menyimpan begitu banyak luka didalamnya.

"Aku berharap hal ini tidak mengganggu perlombaanmu, Dave."

"Tenang saja." jawabnya tanpa minta.

Dave menatap jendela taksi yang mengantar dirinya ke gedung perlombaan. Terlihat sebuah menara yang begitu terkenal di Paris, hal ini mengingatkannya pada Anne. Begitu cantik pantas semua orang menyukai negara ini.

 Begitu cantik pantas semua orang menyukai negara ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Story AnneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang