•57•

2.5K 236 14
                                    

"Ngapain di luar balkon terus?"

Bukannya menjawab Anne justru berjalan masuk kedalam kamar tanpa memperdulikan kehadiran kakaknya.

Anne sejak tadi murung di teras balkon bahkan sampai tidak ikut makan malam. Pergelangan tangannya sudah dikompres oleh bunda dan ayah juga sempat memanggil dokter pribadi karena khawatir melihat putrinya yang melamun terus.

Saat ini Hesa mencuri kesempatan untuk bicara empat mata dengan adiknya tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Bunda dan ayah melarang dirinya untuk menemui Anne untuk sementara waktu karena mereka takut Hesa melukai Anne kembali saat emosinya memuncak. Tak heran jika emosi Hesa selalu tidak bisa tenang. Contohnya Anne, kali ini adiknya menjadi korban dipergelangan tangannya yang memerah.

Saat Anne hendak menuju ranjangnya dan ingin tidur, Hesa justru menarik lengan adiknya dengan kasar sehingga kini mereka berhadapan sempurna.

"Mau menghindar dari abang?" Anne tak menjawab namun tatapannya juga tak lepas dari manik mata Hesa.

"Kenapa diem? Kenapa jadi lo yang marah dan mogok bicara sama gue?! HARUSNYA GUE, DEK!! GUE YANG HARUSNYA MARAH SAMA LO! LO UDAH BOHONG MASALAH YANG BESAR DARI GUE! LO PIKIR MASALAH LO TENGGELAM ITU MASALAH BIASA, HAA?! ITU MASALAH NYAWA, ANN!"

"Bisa gak perlu marah marah?" jawab Anne dengan nada yang sangat datar.

"GIMANA GUE GAK MARAH?! GUE, BUNDA, DAN GIBRAN SIBUK KHAWATIR SAMA LO SEDANGKAN LO MALAH NUTUPIN KEBOHONGAN SAMA TEMAN TEMAN SIALAN LO ITU TANPA DOSA!! SEKALI AJA LO PIKIR... PIKIR PAKAI OTAK JANGAN EGOIS DOANG DI BESARIN!" teriak Hesa dengan menunjuk tepat di depan dada Anne.

"CUKUP! LO KELUAR DARI KAMAR GUE!" kali ini Anne ikut tersulut emosi dari kakaknya, dia benar benar benci dibentak.

"GAK! GUE BE-"

"GUE CAPEK! CAPEK DENGER BENTAKAN LO TERUS!" ia berusaha tidak menangis sejak tadi saat mendapat bentakan dari kakaknya.

"HESAAA!" tegur bunda yang baru saja datang.

Mendengar suara lantang dari Anne membuat bunda buru buru menuju kamar putrinya dan ternyata disana ada Hesa yang membuat masalah kembali.

"Kamu apa apa sih kan bunda udah-"

"HESA MAU BICARA SAMA DIA, BUND!" Hesa kembali menunjuk muka adiknya yang mulai berkaca kaca.

"GAK PERLU BENTAK BUNDA!" teriak Anne disisa tenaganya namun diluar dugaannya air matanya sudah menetes begitu saja.

"Bentak gue sepuasnya, jangan bentak bunda" suaranya semakin pelan.

Nafas Anne mulai tidak beraturan, ia berusaha berpegangan pada meja di dekat tubuhnya. Kakinya kembali lemas dan entah kenapa kepalanya mulai dilanda pusing kembali. Apa yang ia rasakan saat ini sama seperti setelah kejadian tenggelam di kolam renang.

"Sa-sakit," gumam Anne.

"Anne!" bunda berusaha membantu putrinya duduk di kasur. Anne menunduk dan meremas kepalanya yang sangat sakit.

"Keluar Hesa!" perintah bunda dengan tegas

"Tapi bund-"

"KELUAR MAHESAA!"

Ayah yang baru saja datang bersama Gibran langsung menatap tajam kearah anak sulungnya. Ayah langsung menyeret Hesa keluar kamar dan menutup pintu dengan kencang.

Brak!

"KAKAKKK!"

Gibran yang awalnya terkejut karena pintu tertutup dengan kencang langsung berlari kehadapan kakak perempuannya. Melihat kakaknya yang setia memegangi dan meremas kepalanya membuat dia ingin memeluk kakaknya.

Love Story AnneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang