"DAVEEE!!"
Sebuah teriakan membuat sang empunya nama menoleh, terlihat disana para sahabatnya berlarian kearah dirinya dan sang ayah.
"Temui mereka dulu sana. Pesawat kita berangkat 20 menit lagi, ayah tunggu dibangku sana." ujar Rio. Dave mengangguk sebagai jawaban.
Tepat dihadapan Dave mereka semua menghembuskan nafas dengan lega. Ternyata belum terlambat untuk mengantar keberangkatan Dave ke Perancis. Walaupun hanya satu minggu disana tetap saja mereka ingin melihat keberangkatan Dave ke negara orang tersebut. Semestinya mereka ikut mengantar dan mendukung Dave seperti olimpiade sebelumnya namun sayangnya sekarang mereka tidak bisa ikut menemani Dave.
"Kenapa lo gak bilang kalau berangkat sekarang sih, Dave kan biasanya kita juga ikut antar lo." tanya Bintang dengan nafas yang masih belum teratur.
"Iya seinget gue juga Anne bilangnya lomba kalian masih dua hari lagi kan?" sahut Jihan.
"Bokap yang maksa berangkat sekarang biar gue bisa istirahat dulu disana," Dave berusaha tersenyum meskipun hatinya tidak siap meninggalkan mereka dan lepas tangan dalam pencarian tentang Anne.
"Sebenarnya gue udah kabari Hafiz kemarin malam tapi kayaknya lo gak lihat chat gue iya, Fiz?"
Hafiz merogoh sakunya lalu menepuk dahinya spontan. "Sorry, ponsel gue ketinggalan di rumah bang Nakula."
Dave tersenyum dan mengangguk paham. "Gue minta dukungan sama kalian semua dan jangan nyerah buat cari informasi tentang Anne selama gue di Perancis. Gue disana cuma seminggu kok."
Mereka mengangguk serempak lalu para lelaki merangkul bahu Dave. "Jangan terlalu mikirin Anne dulu selama seminggu kedepan, lo fokus aja ke olimpiade disana dan bawa kejuaraan kayak biasanya. Kita disini pasti tetep cari Anne buat lo kok."
"Tanpa lo suruh kita juga tetep berusaha cari Anne kan ini udah resiko kita semua. Jadi mau bagaimana pun kita juga harus ikut tanggung jawab, Dave."
Jihan yang sedari tadi menatap para lelaki disana mulai tidak tahan dengan air matanya. Ini seperti perpisahan dalam waktu lama saja. Andai disini Anne ikut berangkat ke Perancis mungkin dirinya sudah menangis kejer. Sarah yang paham jika sahabatnya itu akan menangis hanya bisa menenangkan dengan usapan dipunggung Jihan.
"Jangan cengeng ah!"
"Terharu, Sar hiks.."
"Thanks, buat kalian semua. Gue disana juga berusaha semaksimal mungkin buat bawa kemenangan dan kalau ada waktu senggang pasti gue cari Anne ke tempat lombanya. Barang kali dia tetap datang walaupun gak berangkat sama gue."
"Lo harus fokus sama olimpiade dulu. Masalah Anne biar tanggung jawab kita disini." sahut Hafiz.
Dave tersenyum pada semuanya lalu menatap arloji di tangannya. "15 menit lagi gue berangkat, gue harus ke dalam sekarang. Gue pamit, iya?"
Bintang dan Demas terpaksa melepas rangkulannya pada bahu Dave. "Kabari kalau lo udah sampai sana!"
"Siap!!"
Dave mulai menghilang dari pandangan mereka dan semuanya berjalan kembali ke mobil Bintang dan Hafiz.
"Kenapa lo gak bilang Dave masalah kemarin di rumah sakit?" tanya Sarah pada Jihan.
"Gue yang larang," sahut Hafiz tiba tiba. "Gue gak mau Dave makin stres disana. Kita cari petunjuk lainnya sendiri aja dulu, gue yakin bang Hesa sama tante Raina masih ada disekitar sini."
"Tapi kak Hesa udah peringati gue, Fiz! Dia bakal bawa Anne jauh dari kita semua, gue--"
"Percaya sama gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story Anne
Teen Fiction[‼️𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼‼️] Anne Chintya Hinata, sosok gadis atlet berkuda yang memiliki sifat begitu dingin, tertutup, cuek atau sering disebut coldgirl. Anne mempunyai paras cantik dan bentuk tubuh indah yan...