Peringatan!
Cerita ini fiksi, dan beberapa scene didramatisir demi kelangsungan alur cerita. Kemungkinan besar, hal serupa tidak terjadi di kehidupan nyata.
Happy reading ....
🎼
"Tapi sebelum itu, lo sebaiknya titip pesan video penjelasan buat Adel. Kalian pemilik tubuh yang sama, kenapa harus merahasiakan eksistensi dari diri sendiri?" tukas Tama yang mendapat respons kerutan di kening dari Rasya.
"Nah bener juga tuh, bagaimana pun Adel harus tau apa yang sebenarnya terjadi. Dia pasti bakal merasa terkhianati, kalau tau ternyata dua orang yang baru dikenalnya tau keberadaan lo, sementara dia yang berada setubuh dengan lo malah nggak tau apa-apa," ujar Axel setuju dengan perkataan Tama sebelumnya.
Rasya mendengkus pelan merasa kesal, dia memutar kursi mulai berkutat dengan komputer. "Nanti aja," balasnya.
"Sekarang!" seru Axel dan Tama bersamaan.
Rasya mendaratkan tangannya di keyboard, sedikit menghentak dan kemudian berdecak kesal. Namun tak ayal mulai merekam video di komputer itu, lantas Tama dan Axel menyingkir dari sisinya.
Video di mulai dengan Rasya yang mendengkus pelan, dan menatap datar pada kamera. Di sana tidak jauh darinya, bisik-bisik Axel mencibir.
Setelah -—-membuat video-—- menjelaskan situasi dan keberadaannya, Rasya kembali berkutat dengan komputer. Mengakses minicam yang dia pasang dahulu, kemudian tombol enter mengakhiri kegiatannya.
Dia memutar kursi, menatap kedua lelaki itu datar kemudian menarik napas dalam dan memejamkan mata.
Tidak lama kemudian, dia mengerjap. Menatap sekeliling dengan kening berkerut, menahan rasa sakit di kepala dengan dengingan nyaring di telinganya.
"I–ini di mana? Dan, dan kenapa ada Pak Detektif di sini?" heran Adel.
Axel bertepuk pelan, kemudian berseru, "Daebak! Del! Akhirnya lo come back juga!" Dia melangkah hendak memeluk Adel, namun lebih dulu ditahan oleh Tama dengan menahan tudung hoodie Axel, yang membuat cowok itu sedikit tercekik.
"Arghh ... Kak Tama! Lepasin, anjrr! Gue nggak bisa napas!" seru Axel memukul-mukul lengan Tama yang menahan, dengan semampunya.
"Lo, duduk! Biar gue yang jelasin," ucap Tama kemudian melangkah ke arah Adel.
"Oh yaa Adel, lo bisa bicara lebih kasual ke gue. Kalian seumuran dengan orang yang gue kenal, dan lebih nggak ada sopan santunnya."
Adel memiringkan kepala tidak mengerti, sementara Axel hanya mengerutkan dahi sama tidak pahamnya.
"Sebelum gue jelasin semuanya, lo harus lihat ini dulu," ucap Tama memperlihatkan sebuah video, di salah satu layar monitornya.
Adel memutar kursi, mulai melihat apa gerangan yang dimaksud Tama. Lalu, video diputar menampilkan dirinya dengan tatapan datar dan dengkusan pelan, berlatar ruangan ini.
"Hai, Adel," buka dirinya pada video itu dengan malas.
Adel terbelalak, apa-apaan ini, situasi konyal apa yang sedang ia hadapi?! pikirnya. Lantas Adel menelan saliva kasar, mengerutkan kening yang sedikit terasa sakit.
"Sebenarnya gue capek ngejelasin hal yang sama berulang-ulang, tapi sepertinya emang benar, lo harus tau situasi dan apa yang sebenarnya terjadi," katanya memberi jeda.
Adel berpikir apa mungkin itu benar dirinya, tapi dia sendiri tidak ingat pernah membuat video seperti, ini apa mungkin ....
"Gue Rasya, 23 tahun, cowok, alter ego lo yang ada sejak umur lo lima tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Kematian [Selesai]
Mystery / ThrillerKoma untuk waktu yang panjang lalu terbangun dengan beberapa ingatan yang menghilang, hampir semua keluarganya menjadi korban dari pembunuh yang identitasnya ia sendiri tidak tahu. Namun setelah ingatan itu berangsur kembali, dia tahu apa yang tenga...