28. Sang Dewa Cinta

98 18 1
                                    

Hari ini Adel ke kelas lebih pagi —mentari pun masih memunculkan dirinya dengan malu-malu, lebih dominan gelap— sekaligus memilih untuk merenggangkan badan yang sedikit terasa kaku pagi ini. Setelah menguap pelan Adel menekan tombol lift menuju lantai dua di mana kelasnya berada, namun pintu tidak kunjung terbuka.

Cewek itu hanya mengerutkan keningnya dengan heran. "Rusak?"

Pada dasarnya, hal itu sangat jarang terjadi pada fasilitas Galaxy —apalagi pada sekolah yang merupakan salah satu cabang perusahaan teknologi yang besar, kompeten, dan canggih seperti KA Corporation.

Yaa apa mau dikata, memang tidak ada yang sempurna di dunia ini, bahkan untuk sebuah perusahaan teknologi paling hebat sekalipun.

Adel mendengkus pelan dan mengedikkan bahu tidak acuh, ia lebih memilih untuk menggunakan tangga darurat sisi asrama perempuan, sebagai opsi lainnya. Lumayan olahraga di pagi hari, dan juga asrama mereka ada di lantai empat jadi yaa tidak masalahlah.

Dia melangkahkan kaki menuruni anak tangga, baru anak tangga ke lima seseorang membekapnya dari belakang. Cewek itu menjerit, berusah melepaskan diri namun bekapan itu begitu erat.

"Cordelia ...."

Tubuh Adel seketika dibuat menegang, dengan mata terbelalak dan pupil bergetar, dia membatin, "Humpty dumpty ...."

"Cordelia, ayo ikut bersamaku! Mau itu, sukarela ataupun penuh paksaan dariku. Jika tidak, akan lebih banyak orang tidak bersalah, karena dirimu ...."

Adel menjerit sekali, lalu memberikan perlawanan dengan satu sikutan pada bagian rusuk, dan memutar lengan orang itu namun tentu saja Humpty dumpty lebih kuat, hingga orang itu lepas dan mendorong tubuh Adel dengan tangannya mencekik leher cewek itu hingga bersandar pada pembatas tangga.

Adel memberi tendangan, pada bagian dada hingga dia mundur beberapa langkah melepas cengkeramannya. "Siapa lo ...." desis Adel pelan.

Orang itu memasang seringainya, melangkah mendekat wajah pada Adel —membuatnya secara refleks dibuat mundur hingga punggungnya kembali bersandar pada pembatas tangga seperti semula.

"Berhenti! Jangan deketin gue!" bentak Adel dengan amarah.

Humpty dumpty memiringkan kepalanya, mencekik leher Adel kuat dengan sebelah tangannya —membuat Adel bergerak melepas cekikan itu namun begitu erat, napasnya dibuat sesak— dan dia berbisik, "Karena kamu istimewa, aku akan bermain dengan kalian untuk saat ini. Temukan siapa aku, maka kalianlah pemenangnya ...."

Lalu menjauhkan wajah dan melangkah turun dengan cepat, hingga membuat Adel yang hendak menarik tudungnya tidak berhasil. Napas cewek itu terengah, dengan tubuh meluruh dan tangan gemetar menyentuh lehernya yang terasa sakit.

"Payah, sialan ...." desisnya kemudian melangkah turun dengan tertatih. Setelah sampai pada lantai tiga, Adel menoleh kanan dan kiri —mencari keberadaan Humpty dumpty.

Namun yang terlihat hanya koridor panjang yang kosong melompong, cewek itu hanya melangkah lurus dan menemukan sosok yang dikenalnya mematung di depan sebuah pintu ruangan.

"Xel?"

Cowok itu tersentak, dengan mata terbelalak dia menoleh pada Adel. "Lo kok ada di situ? Lo ketemu Humpty dumpty ngg—"

"Stop! Jangan ke sini!" seru Axel, menghentikan langkah Adel yang hendak mendekatinya.

"Kenap—" Napas Adel tertahan, seketika dia jatuh bersimpuh dengan tubuh gemetar, melihat pemandangan di dalam ruangan tersebut.

3914201 2094111 2051812913120 45147114 131201 205201169 45147114 16911918114 4114 111185141 92021 3211694 251819125116 493120 321201

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang