44. The End?

209 13 2
                                    

Axel menyipitkan mata, langit-langit putih terlihat buram dan aroma yang selalu ia benci menusuk inderanya. Ia menggeram pelan ketika merasa sakit pada tubuhnya.

"Axel," panggil suara itu sayup-sayup.

"Theo ..., kak Arland, Adel," racau Axel dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali.

"Mereka baik-baik saja," balas Theo penuh haru, pria paruh baya itu menggenggam tangan Axel erat, ia tentu sudah menganggap anak sahabatnya itu sebagai anak sendiri.

"Syukurlah ...." lega Axel menghela napas pelan, sambil kembali memejamkan mata.

Sensasi sakit masih sedikit menggerogoti tubuhnya, dan rasa kaku pada persendian membuat Axel sulit untuk melakukan hal yang ia inginkan. Axel menelan saliva kasar, dan menoleh pada Theo dengan lemah. "Gue mau ketemu Adel ...."

Permintaan itu membuat Theo tersenyum kecut, Adel telah pergi ke Amerika seminggu yang lalu dan hanya meninggalkan sepucuk surat untuk Axel.

Sambil mengelus pelan surai hitam itu Theo berkata, "Kamu harus sepenuhnya pulih, agar dapat bertemu Adel. Sekarang istirahatlah."

Dengan patuh Axel memejamkan mata, sebab ia juga merasa belum cukup kuat untuk bergerak.

Dua minggu setelahnya, Axel sudah kembali ke rumah mereka. Axel senang terbebas dari aroma rumah sakit, yang kalian tau ia sangat tidak suka. Axel tidak menemukan Adel di rumah sakit, dia pikir mungkin saja gadisnya itu sudah pulang lebih dulu namun sebuah surat di meja kamarnya membuyarkan pikiran Axel.

Dia penasaran surat dari siapa, dan apa isinya, langsung saja Axel meraih surat itu dan membacanya.

For my special someone
Axelio Alfariz Yuanda Lee

Saat lo baca surat ini mungkin gue udah jauh dari lo, gue baik-baik aja. Terima kasih udah selalu ada buat gue selama ini, gue sayang banget sama lo Xel.

Gue harap lo dapat menjalani hidup lo dengan baik, ya tanpa gue. Pliss gue masih hidup yaa haha, gue bilang ini because I know you have trust issue, gue nggak mau lo kebingungan, ya walaupun gue tau habis ini lo pasti tetap agak bingung tapi nggak apa-apa lah daripada lo ngamuk cari kuburan gue di mana haha.

Setelah sadar dari koma gue ikut sama bunda gue, untuk kemana gue rasa lo nggak perlu tau. Suatu saat gue yakin kalau kita bakalan ketemu lagi.

From your star
Cardeliana Rasya

Axel terdiam selama beberapa saat, ia masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Benar saja Axel bingung, dia harus bagaimana, harus kah dia sedih, kecewa, atau marah, yang kalau dipikir lagi semua itu tidaklah diperlukan.

"Kalau itu yang lo mau, gue bakal ikutin," gumamnya pelan menatap lembar surat itu.

"Gue bukan orang yang sabar, tapi gue harap kita bertemu secepat mungkin ...."

🎼

"Good morning, Sir!"

"Selamat pagi Mr. Lee!"

"Mr. Lee, we have an important meeting in thirty minutes, our client is waiting."

Lelaki dengan umur awal kepala dua itu, melihat arlojinya yang kini menunjukkan pukul sembilan lewat seperempat menit kemudian mengangguk. "Siapkan meetingnya sekarang, saya akan ke sana sepuluh menit lagi," ucap lelaki itu melangkah masuk ke ruang kerjanya.

Sementara pria yang merupakan seorang sekretaris itu mengangguk mengerti, langsung melaksanakan perintah lelaki itu.

Dia adalah Axel yang kini telah memasuki umur awal kepala dua, tepatnya 22 tahun. Lima tahun telah berlalu, mungkin kalian penasaran apa yang telah terjadi selama rentang waktu tersebut.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang