Axel mengepalkan tangan, menggeleng cepat. "Xel, jangan dengerin. Fokus sama tujuan lo!" seru Tama dari seberang sambungan suara.
Dalam hati cowok itu membenarkan, ia harus mengambil Adel kembali jika tidak mau rencana mereka berakhir sia-sia. Setidaknya sekarang mereka tahu, di mana ke-18 orang yang hilang itu.
Axel melangkah menjauhi lemari-lemari kaca itu, kembali mencari jalan yang ditunjukkan oleh denah di hadapannya.
Akan tetapi sebuah meja dengan komputer mengalihkan atensi cowok itu, ia lantas melangkah mendekat dan melihat beberapa video pengawas dari beberapa ruangan, termasuk kamar dan rumah Axel sendiri.
"Bangsat ...." geram Axel mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih.
Beberapa sisanya hanya ruangan kosong yang entah berada di mana, tapi Axel berpikir, mungkin saja jika itu adalah rumah dari target-target berikutnya.
Bisa jadi bukan?
Axel lantas berkedip dua kali, memilih untuk memotret monitor itu yang mungkin saja bisa berguna sebagai bukti atau apapun itu.
Berikutnya Axel menemukan jalan berupa tangga kayu, dengan sedikit mendongak ia tahu jika tangga itu tidaklah terlalu banyak.
Dia kembali melangkah, diikuti dengan derit anak tangga dan senandung pelan dari Humpty dumpty membuat kepalanya semakin terasa nyeri.
"Shit!" umpatnya pelan, memegang pegangan tangga hingga berakhir dengan atap di atas kepalanya.
Ia kembali melihat ke atas, kini tangannya meraba pintu berbahan kayu itu dan mendorongnya perlahan hingga terbuka.
Kali ini cahaya berwarna merah memenuhi atensi cowok itu, dia mengernyitkan alis menyesuaikan cahaya. Suhu ruangan itu lebih hangat dari lantai bawah tadi, tetapi ruangan ini terlihat lebih berantakan.
"Gudang? Tapi dengan tungku besar?"
"Terus melangkah Axel, Adel udah nggak jauh dari posisi lo," pandu Tama, yang diangguki olehnya.
Axel langsung saja melangkah menuju dinding kasar itu, tidak ada gagang pintu di sana membuat ia berpikir pasti ada suatu tombol yang jika ditekan ia
akan menemukan sebuah pintu.Beberapa menit berdiam diri, menganalisis dinding dan ruangan itu akhirnya ia menemukannya.
Sebuah tombol pada patung berbentuk telur dengan ukuran kepalan tangan orang dewasa, di mana telur tersebut menggunakan sebuah topi biru kecil.
Agak aneh bukan, sebuah patung dengan figur Humpty dumpty di dalam sebuah ruangan dengan kesan seperti gudang produksi kaca seperti ini?
Ia pun tanpa ragu menekan tombol itu, tidak lama kemudian dinding di hadapannya bergetar lalu mulai bergeser secara perlahan. Di baliknya Axel dibuat terbelalak, di sana terdapat banyak brankar dengan lantai yang berlumur darah.
Apa saja yang sudah terjadi di sini? pikir Axel.
"Hmphht!"
Axel menoleh dan menemukan Adel yang duduk di lantai, dengan mulut terbekap kain dan tangan terikat ke belakang. Lantas ia dengan cepat mendekati Adel, membuka bekapan dan ikatan pada tangan gadis itu.
"Del, lo nggak apa-apa kan?" tanya Axel cemas, seraya memeriksa tubuh gadis itu apakah terdapat luka atau tidak.
"Xel, lo, lo harus tau siapa Hump-"
"Nanti aja Del, kita keluar dari sini dulu. Gue udah tau di mana ke-18 orang yang hilang itu, termasuk tante lo ...." Axel menatap sendu, membuat Adel seketika mematung dengan pupil yang bergetar penuh rasa tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Kematian [Selesai]
Mistério / SuspenseKoma untuk waktu yang panjang lalu terbangun dengan beberapa ingatan yang menghilang, hampir semua keluarganya menjadi korban dari pembunuh yang identitasnya ia sendiri tidak tahu. Namun setelah ingatan itu berangsur kembali, dia tahu apa yang tenga...