31. Bandara

89 13 0
                                    

"Lalu bagaimana jika kita bertemu Leozhka George Gafka, direktur utama OL Travel si tersangka kedua. Axel, Adel, ingin ikut?" tawar Tama dengan sebelah alis terangkat, dan dengan kompak kedua remaja itu mengangguk setuju.

Baru saja membuka pintu apartemen, tiga orang yang tidak mereka sangka berdiri tepat di depan pintu hendak menekan bel.

"Ahh ...."

"Sepertinya, kita datang di waktu yang kurang tepat," ucap salah satu dari mereka dengan raut datar.

"Kak Len?" heran Adel memecah keheningan.

"Ayo pulang," balas cowok yang berdiri di tengah antara mereka bertiga.

Tama menyeringai tipis. "Sudah gue duga, suatu saat kalian pasti akan bertemu dengan cara seperti ini."

Salah satu dari mereka lagi, terkekeh palan. "Kak Tama kalau lo ngomong gitu, rasanya kek orang yang ketahuan selingkuh."

Tama hanya menggeleng pelan mendengarkan candaan salah satu anak yang dia mentori, lalu menoleh pada Axel dan Adel. "Kenalin, ini intel gue yang lain. Tengah, Angkasa dan kanan kembarannya, Aluna, terus yang ini Julian," jedanya kemudian menoleh pada ketiga remaja itu.

"Dan kalian juga, kenalin mereka Axel dan Cardelia, Adel."

Hening.

Tidak ada seorang pun yang membuka suara, hingga Tama berdeham sekali. "Kalian masuk aja, yang lain ada di dalam gue harus ke suatu tempat."

Len hanya mengedikkan bahu tak acuh lalu melangkah masuk, diikuti oleh Lian. Sementara Ken menatap kedua remaja itu datar, melangkah mendekat hendak melewati mereka dengan senyum miring yang terukir tipis. "Yuanda Lee, dan Cordelia, menarik ...."

Axel menatap kepergiannya dengan kerutan di kening, dan juga tidak suka, sementara Adel dibuat bingung dengan situasi apa yang sebenarnya tengah terjadi saat ini.

"Nah, tidak usah pedulikan mereka. Ayo kita pergi ...." ucap Tama membuat perhatian keduanya teralihkan, dan mengikuti langkah pria itu.

Lalu sekarang di sinilah mereka berakhir, di depan gedung perusahaan maskapai OL Travel. Tama diikuti dengan Evan melangkahkan ke meja resepsionis, sementara kedua remaja dengan tambahan Daniel itu sedang menunggu ditempat berbeda sembari menonton sudut pandang Tama dan Evan.

Yaa, trik yang sama seperti saat mengunjungi Coerden La beberapa waktu yang lalu.

"Permisi, bisa bertemu dengan Tuan Leozhka George Gafka?" buka Tama pada seorang wanita penjaga meja resepsionis.

"Apa Anda sudah buat janji?" balas wanita itu dengan formal.

Tama menunjukkan kartu identitas kepolisiannya, dan diraih oleh si resepsionis. Setelah beberapa saat, dikembalikan pada sang empu. "Maaf Tuan, apa Anda punya surat perintah? Mr. Gafka—-"

"Ada apa ini?" sahut seorang pria dengan jas lengkap, dan langsung mendapatkan salam hormat dari pegawai resepsionis tadi.

"Mereka orang dari kepolisian meminta bertemu dengan Anda, Tuan."

Pria itu menatap keduanya tertarik, dia tersenyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu? Ah maaf, sebelum itu perkenalkan saya Leozhka George Gafka Direktur utama OL Travel," ucapnya menyodorkan sebuah kartu nama yang langsung diraih oleh Tama.

"Panggil saja saya Ozkha, saya akan bantu apapun yang kepolisian butuhkan, mari ikuti saya ...."

Di dalam mobil, Axel menoleh pada Daniel dan bertanya, "Kak, beneran itu dirutnya?" Axel masih menyimak percakapan antara Tama, Evan, juga Ozhka seraya menunggu jawaban dari Daniel.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang