15. Segala kemungkinan

116 18 0
                                    

"Sekali lagi, jika Invisible Killer terekam pada video itu, boleh gue simpan minicamnya sebagai barang bukti?" Tama yang berdiri di sisi kiri Adel, menatap gadis itu serius seraya menunggu balasan. Axel yang berdiri di sisi sebelahnya pun, ikut menoleh pada Adel.

Hingga gadis itu mengangguk setuju. "Tentu saja, gue juga cukup berharap Kak Tama bisa nangkep pembunuhan itu. Gue nggak bakalan tenang-tenang aja, kalau tau pembunuh ayah gue sendiri masih keliaran di luar sana," balas Adel diikuti dengan jari-jari yang menari di atas keyboard.

"Ini minicam bagian teras, seingat gue, gue pulang sekolah dengan taksi pukul 15:00, dan—"

"Coba langsung ke 25 menit berikutnya," minta Tama, memotong ucapan Adel.

Adel mengangguk, dia menunjukkan video pada dua puluh lima menit berikutnya, dan benar saja seseorang bertudung hoodie melangkah masuk ke rumah Adel, dengan satu tangan di saku hoodie, dan tangan yang lain menodongkan pistol.

"Sepertinya, kita harus ngeliat sedikit ke beberapa menit sebelumnya lagi," ucap Axel yang di setujui Tama.

Adel kemudian mengundur sedikit video ke beberapa menit sebelumnya. Terlihatlah di sana, seseorang dengan hoodie berwarna biru, melangkah setelah menembakkan dua peluru pada satpam penjaga dan satpam yang sekaligus tukang kebun rumah Adel.

Sejenak, Adel dibuat menahan napas melihat video itu. Mereka orang-orang yang cukup akrab dengannya, selama ini. Melihat kematian mereka yang cukup tragis dan tidak terduga tentu saja Adel cukup merasa sedih sekaligus bersalah.

Bersalah, karena dirinya beberapa orang di kediamannya harus meregang nyawa lebih dulu.

"Nah kan! Udah gue duga, itu emang Humpty dumpty!" seru Axel, membuat Tama menoleh padanya dengan penuh tanya.

Merasakan tatapan itu, Axel dibuat menoleh. "Kak Tama nggak dijelasin tentang Humpty dumpty sama Rasya?" tanyanya yang dibalas dengan gelengan dari Tama. "Rasya cuman bilang, ada hal lain yang harus lo sendiri yang jelasin ke gue."

Axel mengangguk mengerti, dia pun menjelaskan sesingkat-singkatnya. Setelahnya Tama mengangguk mengerti. "Jadi sebelum ini, lo koma selama lima tahun, dan lo menduga itu perbuatan Invisible Killer alias Humpty dumpty itu?"

Axel mengangguk membenarkan, dia merogoh sakunya dan menunjukkan pesan itu pada Tama. "Ini clue dari dia, kode angka itu artinya King Lear. Nomornya udah coba gue lacak, tapi itu nomor sekali pakai, nggak ketemu apapun," jelasnya.

Tama mengangguk mengerti, kembali menoleh pada Adel. "Sekarang coba lihat minicam kedua," mintanya.

Adel menunjukkan video dari minicam kedua. Di sana terlihat Invisible Killer yang melakukan aksinya, hingga beberapa saat semuanya hancur. Adel sudah melangkah meninggalkan rumah itu, sedangkan orang itu kembali menyiksa ayah Adel.

Adel memejamkan mata, tidak sanggup melihat lebih jauh. Melihat reaksi Adel, Axel menepuk pundak gadis itu pelan menenangkan. "Tenang, Del. Dia udah berhenti," ucap Axel, yang sertamerta membuat Adel membuka mata dan menghela napas pelan.

Terlihat di sana, Humpty dumpty melangkah ke sudut ruangan yang masih tertangkap kamera. Dia mengambil kuas dari sakunya, menuliskan sesuatu —dengan darah—tepat di lantai samping mayat ART Adel tergelak.

"Seperti yang gue bilang, 119147 125118 artinya King Lear. Setiap urutan huruf diwakilkan dengan angka, ditambah dengan aplikasi Sky Coelus di hp Adel, buat gue tambah yakin!" seru Axel kemudian menunduk dalam.

"Dan maaf, harusnya gue tau arti kodenya lebih awal dan cari siapa yang bakal jadi target berikutnya. Dengan begitu, kejadian ini mungkin nggak bakal terjadi," ucap Axel penuh rasa bersalah.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang