"Mau ngedate?" tawar Axel berusaha menampilkan senyum tulusnya.
"What?!"
Axel menghela napas pelan, kemudian mengulas senyum tipis. "Karena dua hari terakhir, keknya mental kita ketekan banget, gimana kalau hari ini kita ngedate aja?" tanya Axel, mengemukakan pendapatnya.
"Ogah gue, ngedate sama lo," balas Adel memutar mata malas, seraya melangkah keluar dari kafe.
Axel berdecak pelan, menurutnya Adel lebih sadis daripada si Humpty dumpty itu. Dia pun mengejar langkah Adel, kemudian kembali melemparkan usulan. "Ya udah, kalau lo nggak mau ngedate, kita jalan-jalan aja yuk!" seru Axel pada Adel yang mulai melangkah ke arah parkiran —tempat Axel memarkir motornya tadi.
"Apa bedanya, coba," balas Adel tak acuh.
Axel menahan lengan Adel, ketika sepeda motor melaju lebih dulu di depannya dengan dramatis. "Eitss, hampir aja 'kan! Lo kualat sih, nggak mau gue PDKT-in," ucapnya menunduk menatap Adel yang tersentak dengan punggung menabrak dada Axel.
Adel melepas cekalan cowok itu, berdeham sekali dan menatapnya sengit. "Dih, itukan hak gue," timpal Adel kemudian.
Axel berdecak seraya memutar mata, ketika gadis itu kembali melangkah ke motornya terparkir. Dia pun menyusul dengan cepat, sekarang saatnya jurus terakhir dikeluarkan.
Lengan panjang Axel memeluk tubuh gadis itu dari depan, tidak ada niatan untuk melepasnya meski sang gadis memberontak. "Lo nggak capek batin apa? Ayo napas dulu, gue tulus lho ngajakin lo jalan-jalan. Kapan lagi lo punya teman yang baiknya nggak ketulungan, sekaligus merangkap sebagai calon pacar lo?"
Axel mencebik pelan, sementara Adel yang kesal berontakannya tidak membuat pelukan cowok itu lepas menggigit lengan atas Axel dengan sisa kekesalannya.
"Aww, lo ganas juga yaa?" adu Axel, sedikit mengerutkan bibir.
"Rasain! Itu namanya sistem perlindungan diri!" kesal Adel dengan sarkas.
Axel terkekeh pelan, mengacak puncak kepala Adel pelan. "Jadi gimana mau nggak? Napas dulu gitu," ujar Axel kemudian menarik napas dalam diikuti dengan gerakan tangannya.
Adel mendengkus pelan, mengalihkan wajah dari Axel memilih memasang helmnya. Axel yang merasa tidak mendapat jawaban, memasang raut masam.
"Oke, oke," jawab Adel dengan malas.
"Yahh oke, hah? Oke! Ayo jalan-jalan!" seru Axel bersemangat, padahal sebelumnya sudah pesimis akan ditolak untuk kesekian kalinya lagi.
Axel menaiki motornya, mengendarai motor membelah jalan ibu kota dengan rasa berbunga-bunga di dada. Adel yang berada di belakangnya hanya mengulas senyum tipis, dan menggeleng pelan melihat senyum Axel —yang tidak tertutup helm— tidak pudar pada pantulan kaca spion.
"Xel, kita mau kemana?" tanya Adel kemudian.
Meskipun tersamarkan, Axel dapat mendengar suara itu dengan cukup jelas. "Nanti juga lo tau kok," balas Axel seadanya.
Adel lantas dibuat mendengkus pelan, dia memilih mengalihkan atensi melihat jalan Ibu kota yang ramai saat ini. "Loh, ini kan jalan pulang?" heran Adel, dan benar saja motor Axel berhenti di kediamannya.
"Ngapain pulang? Katanya mau jalan-jalan?" tanya Adel setelah turun dari motor sambil membuka helmnya.
Axel yang baru saja melakukan hal yang sama, menoleh, memperbaiki rambut Adel yang terlihat berantakan. "Ganti kostum dulu dong," jawab Axel diakhiri kekehannya.
Adel pun lantas dibuat refleks melihat pakaiannya, hanya celana hitam panjang, sneakers putih, dan hoodie abu-abu, Axel pun tidak jauh berbeda.
Yaa kalau Adel dipikir-pikir lagi, untuk sekadar jalan-jalan sih outfitnya oke kok. Tapi yaa itu sih tergantung tempatnya, dan Adel tidak tahu akan kemana jadi, bisa saja mereka salah kostum dan akan terlihat memalukan bukan?
![](https://img.wattpad.com/cover/245023494-288-k293340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Kematian [Selesai]
Misteri / ThrillerKoma untuk waktu yang panjang lalu terbangun dengan beberapa ingatan yang menghilang, hampir semua keluarganya menjadi korban dari pembunuh yang identitasnya ia sendiri tidak tahu. Namun setelah ingatan itu berangsur kembali, dia tahu apa yang tenga...