33. Cardelia

103 19 0
                                    

Sementara itu, Adel yang sudah tertusuk dengan belati di perut bagian kanannya terbelalak kaget dan berubah menjadi pucat pasi, tiba-tiba rasa pusing menyergap kepalanya. "E-Enggak, jangan sekarang ...." lirih Adel kemudian meluruh dan kehilangan kesadaran.

"Adel!" seru Tama, yang dihalau salah satu dari mereka.

"Adel! Adel!!" panggil Axel, yang masih sibuk berkelahi dengan salah satu dari mereka -orang yang membawa bom- bersama Evan, namun melihat salah seorang mendekati Adel dengan senjata tajam.

"Adel! Bangun!!" pekik Axel, ketika orang itu siap melayangkan belatinya.

Namun yang terjadi selanjutnya adalah Adel yang menggenggam belati tersebut, hingga darah mengucur hingga ke siku tapi sebuah seringai yang terlukis di bibirnya membuat pergerakan orang itu terhenti.

"Hell O(?)"

BRUKK!

BRAKK!

Orang itu dipukul dari belakang, hingga membuat belatinya terlempar beberapa meter. Axel mengatur napas yang terengah, dan melihat kondisi Adel dengan perasaan marah sekaligus khawatir.

"Del! Tangan lo!" serunya kemudian terbelalak ketika cairan berwarna merah menembus baju bagian perut kanan, yang gadis itu kenakan.

"Perut lo juga! Astaga!" seru cowok itu frustrasi.

Gadis itu hanya menatap tangannya datar tanpa meringis, meskipun darah masih saja merembes dari tangan juga perutnya. Axel dibuat berdecak kesal, lantas merobek kaos kemeja yang dia kenakan lalu membalut telapak tangan dan menghambat darah pada perut gadis itu.

"Adel, ayo ke rumah sakit sekarang!" perintah Tama yang baru saja datang, sebab lawannya kini sudah berada di tangan Daniel.

"IPTU! Bom selesai!" seru Evan membuat keduanya menghela napas pelan, Tama dibuat menoleh pada orang yang terkapar tidak jauh dari mereka membuat Axel ikut menoleh.

"Tenang aja, dia nggak mati kok," kata Axel yang berjongkok di hadapan Adel.

Tama menghela napas pelan dan mengangguk. "Lo bawa Adel ke rumah sakit, gue urus mereka dulu. Bisa 'kan?" Tama memastikan dan mendapat anggukan sebagai jawaban dari lelaki itu.

Axel mengangkat tubuh Adel, membuat gadis itu refleks mengalungkan tangannya walaupun masih terdiam bisu.

Lalu di sinilah mereka sekarang, rumah sakit Xarlonion.

Lagi.

Untuk kedua kalinya.

Dokter Rangga menghela napas pelan. "Sekarang, apa lagi yang sudah terjadi? Kenapa teman kamu, sampai luka seperti itu? Kalian tawuran yaa? Mau gue laporin sama Theo?" ancamannya dengan berbisik di akhir kalimat.

Axel berdesis pelan dengan tatapan mengancam. Rangga hanya menggeleng tidak habis pikir, lalu melangkah keluar mengerti tatapan itu.

Setelahnya Axel menghela napas panjang, menoleh pada Adel yang kini sudah terbaring di brankar, menatap langit-langit ruang rawat kosong telah siuman beberapa saat yang lalu setelah melalui operasi penutupan luka tusukannya.

"Adel, are you okay?" Axel buka suara, ketika suasana di ruangan itu cukup dingin dan hening.

Gadis itu menoleh dengan tatapan datarnya. "Cardelia."

"Ya?" Axel memasang raut bingung.

"Senang ketemu lo secara langsung, Axel ...." gadis itu melempar senyum tipis, yang membuat Axel semakin mengerutkan keningnya.

"Maksud lo apa, sih Del ...."

Perlahan, Adel mengangkat tubuhnya berusaha untuk duduk yang dibantu oleh Axel saat itu juga. Setelah itu dia menoleh pada Axel, dan tersenyum tipis.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang