19. Pola

107 20 0
                                    

"Nah, semua ini adalah nama yang dicurigai sebagai korban dari Invisible Killer," buka Daniel, yang menarik perhatian mereka.

Sekarang mereka berada di apartemen Tama, dengan tambahan Axel dan Adel tentunya. Sebelum itu Tama telah menjelaskan semuanya pada mereka, dengan persetujuan kedua siswa itu tentu saja.

"Biar gue tunjukin," ucapnya kemudian menuliskan beberapa nama pada glassboard yang ada dihadapan mereka. Di sana terdapat beberapa coretan, dan stiky note yang sengaja ditempelkan.

2092

- Deana Cressida Putri - Jawa timur (Indonesia)

- Calisto De Patrio - Paris (Prancis)

- Darsliondra La Seilivia - Barcelona (Spanyol)

- Upckryon Xelizton - La Paz (Amerika Selatan)

- Bam Ro Mi - Busan (Korea Selatan)

2093

- Ariela Denisa - Batam (Indonesia)

- Meryblue Saquela - Port Elizabeth (Afrika Selatan)

- Kazumi Kanabi - Okayama (Jepang)

- Zaquelo Xaroccys - Ajamān (UEA)

- Halicha Norebo - Venesia (Italia)

2094

- Perdita Amora - Jakarta (Indonesia)

- Bai Chylan - Shanghai (Cina)

- Rettio Stephano - Bristol (UK)

- Jerome Nirtuclo - Quezon (Filipina)

- Averey Peropros - München (Jerman)

2095

- Deisie Desdemyna - Bandung (Indonesia)

- Ananta Ophelia - Jakarta (Indonesia)

- Surya Ferista (Bukan target sebenarnya)

"Gila, banyak banget ...." ucap Axel pelan.

"Gue jadi mikir, bisa-bisanya si Invisible Killer keliling dunia cuman buat nyari korban," sambungannya memperhatikan nama itu satu persatu.

"Mereka nggak ada yang kewarganegaraan Amerika serikat," ucap Adel membuat semuanya menoleh.

Tama mengangguk setuju. "Ya, mungkin aja dia nggak mau pemerintahan AS ikut terlibat, apalagi dengan FBI dan CIA punya mereka," sugesti Tama kemudian mengedikkan bahu.

"Kalian lihat deh, bukannya nama mereka semua unik?" tanya Axel tiba-tiba sambil menyinggungkan senyum membuat mereka menoleh padanya sekilas, lalu melihat kearah nama-nama itu.

Klaud mengernyitkan alis dalam, menurutnya tidak ada yang aneh dari nama mereka. "Keliatannya, nggak ada yang salah ...."

Sementara itu Tama mengangkat alis terkejut, kemudian terkekeh dan menggeleng pelan. "Gue tau maksud lo," ucapnya.

"Satelit Uranus," ucap Adel tiba-tiba membuat keempat rekan Tama membelalakkan mata terkejut, diikuti dengan anggukan Tama dan Axel.

"T-tunggu dulu, kenapa bocah kayak lo bisa nebak itu begitu aja?!" heran Canel menggeleng tidak percaya.

Senandung Kematian [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang